NEGERI KODOK. Dengan membuat tahapan yang terukur, seseorang atau banyak orang tidak sadar sedang digiring ke perubahan paling ekstrim tanpa ia sadari. Mungkin hari ini kita sedang kehilangan pekerjaan, dan tenaga kerja asing mulai merangsek masuk mengambil alih. Kita masih tenang, karena sadar diri akan SDM yang memang rendah (padahal yang datang juga tidak hebat-hebat amat). Kita berusaha sabar dan melakukan upaya lain agar bisa bertahan hidup.
-- Yasser Latief --
-------
PEDOMAN
KARYA
Sabtu,
07 Januari 2017
Surat Pembaca:
Negeri Kodok (?)
Konon, jika seekor kodok dimasukkan ke
dalam panci berisi air mendidih, ia akan langsung meloncat keluar sebagai
reaksi atas panas yang diterimanya. Namun hal yang berbeda akan terjadi jika si
kodok dimasukkan ke dalam panci berisi air dingin, kemudian panci tersebut
dipanaskan perlahan.
Kodok akan tetap tenang di dalam air dan
tubuhnya melakukan adaptasi terhadap perubahan suhu yang berlangsung secara
bertahap. Dimulai dari hangat, panas, kemudian mendidih. Saat tiba di puncak
adaptasinya terhadap suhu air mendidih, kodok akhirnya kehabisan energi untuk
segera meloncat menyelamatkan diri, dan akhirnya mati.
Di dunia manusia, hal yang sama bisa
terjadi. Dengan membuat tahapan yang terukur, seseorang atau banyak orang tidak
sadar sedang digiring ke perubahan paling ekstrim tanpa ia sadari.
Mungkin hari ini kita sedang kehilangan
pekerjaan, dan tenaga kerja asing mulai merangsek masuk mengambil alih. Kita
masih tenang, karena sadar diri akan SDM yang memang rendah (padahal yang
datang juga tidak hebat-hebat amat). Kita berusaha sabar dan melakukan upaya
lain agar bisa bertahan hidup.
Lalu harga-harga kemudian mulai tak
terjangkau. Lantas kita mengakalinya dengan hidup yang lebih hemat lagi
dibanding hari sebelumnya. Dan kita masih tetap berusaha beradaptasi seakan
semua normal-normal saja, karena menganggap ini hanyalah sepenggal
ketidakberuntungan yang terjadi pada diri kita.
Selanjutnya... Ah, biarlah kisah tragis
kodok yang telat sadar hanya ada di negeri para kodok. Mungkin saya terlalu
berlebihan. Semoga saja...
Yasser Latief
(Tinggal
di Parepare)