DEKAN Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (FH-UH) Makassar, Prof Dr Farida Patittingi, perempuan dengan sejuta pesona, memiliki talenta kepemimpinan yang tak terkatakan, pekerja yang tak kenal waktu, dedikasi tanpa pamrih, dan tentu saja punya relasi yang bercabang.
------
PEDOMAN
KARYA
Sabtu,
25 Februari 2017
Farida
Patittingi; Mencair di Semua Tempat
Dekan Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin (FH-UH) Makassar, Prof Dr Farida Patittingi, perempuan dengan sejuta
pesona, memiliki talenta kepemimpinan yang tak terkatakan, pekerja yang tak
kenal waktu, dedikasi tanpa pamrih, dan tentu saja punya relasi yang bercabang.
Sikapnya yang lunak dan tegas, perpaduan
yang hampir sempurna untuk menyelesaikan masalah adalah bawaan habitusnya dari
kampung nun jauh disana, di Kabupaten Bone, daerah dengan watak bangsawan yang
kuat.
Farida muda melewati gugusan gunung
berliku, menimba harapan di sebuah kota yang jaraknya empat jam perjalanan dari
kampungnya. Ia dilahirkan untuk bertarung menghadapi ruang terbuka di sebuah
kota, tempat orang berkompetisi di antara rimba tak tentu, Makassar.
Berlabuh di kota ini, berarti harus
menyiapkan perkakas “perang” yang cukup untuk bertahan. Perkakas yang ia miliki
adalah modal harapan, sisa saldo semangat, dan tentu saja doa orangtua.
“Jrul, doa orangtua itu, lebih dahsyat
dari apapun”. Katanya suatu ketika. Saya percaya melampaui kepercayaannya untuk
satu hal ini, karena doa orangtua adalah sumber mata air kesuksesan.
Farida muda melaju kencang, dan saya
hanya bertemu sekitar empat belas tahun yang lalu, ia sudah melewati masa yang
panjang. Kini ia mulai meretas doa orangtuanya, merebut satu-satu medali
kesuksesan yang ia retas dalam ruang waktu yang panjang dan melelahkan.
“Jrul, jangan berhenti berusaha dan
bergerak, karena usahalah yang dapat membuktikan berhasilnya doa".
Tegasnya suatu hari.
Beliau punya kolega yang tak terhitung,
sahabat yang berjubel, jaringan pertemanan yang berantai. Ia bisa masuk dalam
semua lingkup, mulai dari yang tua hingga yang muda. Di organisasi kepemudaan,
semua orang menaruh hormat, karena menjalin hubungan tanpa reserve. Memang agak
sulit diikuti oleh orang malas seperti saya, tetapi mencuri pengalaman dan
jaringannya adalah pilihan yang tak mungkin saya hindari.
Posisinya sebagai Sekretaris ICMI Sulsel
menunjukkan lingkaran relasinya yang mahaluas. Di sana berhimpun para
cendekiawan muslim yang tersohor. Ia dinantikan kedatangannya di Muhammadiyah,
dipuja di KAHMI, disanjung di kampus, dan ditunggu di berbagai perhelatan. Ia
mencair di semua tempat, bergerak tanpa henti.
Saya bertanya kepada Ditha, keponakannya
yang tinggal di rumahnya. “Dit, bagaimana cara dekan belajar di rumah?” tanya
saya.
“Dehhh kak, bangun itu jam tiga malam,
shalat atau duduk di depan komputer. Beliau kadang sebentar sekali tidurnya,”
kata Ditha menjelaskan.
Sebagai dekan sebuah fakultas di
universitas terkemuka kawasan timur, beliau ditimpa oleh tubrukan jadwal yang
padat. Kadang-kadang saya lihat kusut di depan meja kerjanya jika harus
menghadapi berkas yang harus ditandatangani menumpuk, keluhan mahasiswa, jadwal
rapat yang padat, dan buku yang harus dibaca sebelum mengisi kuliah. Mengajar
strata satu mungkin tidak terlalu rumit, namun sebagai Guru Besar, ia mengajar
semua strata. Rumitnya bukan main.
Suatu hari seorang laki-laki datang di ruangannya.
Membawa amplop, lalu diserahkan kepadanya. Sebagai dekan, beliau bertanya; “Apa
ini pak?”. Sang tamu menjawab, “ini ada sedikit uang ucapan terima kasih prof. “Terima
kasih untuk apa?”, tanyanya. “Prof telah membantu dan memudahkan urusan saya di
fakultas,” kata sang tamu.
Ekspresi sang dekan diam, saya tau jika
begitu beliau agak tersinggung. Mukanya agak ditekuk, kayaknya marah. Dengan
tenang Sang Dekan menjawab; “Pak, jangan rusaki saya dengan uang. Tolong bapak
ambil amplopta’, dan silakan keluar dari ruangan saya”. Saya kagetnya minta
ampun, sang tamu diusir. Ia minta maaf dan tertunduk, lalu keluar. Saya
pura-pura tidak melihat agar sang tamu tidak malu.
Ya, hidup kadang memang soal prinsip.
Ini prinsip yang beliau pegang. Itulah sebabnya, oleh Anti Corruption Summit di
UGM beberapa waktu lalu, ia diminta membacakan Deklarasi Anti Korupsi di hadapan
ratusan peserta.
Selamat berakhir pekan bu dekan...
Makassar,
25 Februari 2017
Fajlurrahman
Jurdi
(Dosen
Fakultas Hukum Unhas)