BERSAHAJA. Gaya bicara dan penampilan Syamsari Kitta benar-benar bersahaja. Sama sekali tidak memasang wibawa. Ia bergaul dengan semua kalangan dan bebas bercanda dengan siapa saja tanpa beban.
-------
PEDOMAN
KARYA
Kamis,
23 Februari 2017
Syamsari Kitta,
Bupati Takalar Terpilih yang Bersahaja
Ada rasa kagum dan bangga ketika bertemu
pertama kali pada tahun 2004 dengan Syamsari Kitta. Saya kagum dan bangga
karena usianya masih relatif muda, tetapi sudah mendapat amanah sebagai Wakil
Rakyat di DPRD Sulsel periode 2004-2009.
Usianya ketika itu baru 30 tahun, sementara
saya sudah berusia 37 tahun. Syamsari lahir di Desa Campagaya, Kecamatan Galesong
Selatan, Kabupaten Takalar, pada 24 September 1974.
Ketika itu, saya kebetulan bertugas meliput
berita-berita politik dan sering mangkal di Gedung DPRD Sulsel sebagai wartawan
Desk Politik dan Pemerintahan Harian Pedoman Rakyat.
Tentu saja kami cepat akrab satu sama
lain, karena saya hampir setiap hari mangkal di Gedung DPRD Sulsel dan sering diikutkan
dalam berbagai kunjungan kerja Anggota DPRD Sulsel ke beberapa daerah kabupaten
dan kota se-Sulsel, termasuk kunjungan ke Kabupaten Takalar.
Saya juga menjadi inisiator dan koordinator
acara “Coffee Morning” setiap hari Senin, antara Pimpinan Dewan dengan wartawan
yang sering mangkal di DPRD Sulsel. Ketua DPRD Sulsel ketika itu dijabat Agus
Arifin Nu’mang, yang kemudian terpilih sebagai Wakil Gubernur Sulsel
mendampingi Syahrul Yasin Limpo.
Menjelang Pemilihan Bupati (Pilbup) atau
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Takalar tahun 2007, banyak pihak yang
mendorong Syamsari sebagai putra daerah untuk maju bertarung.
Dorongan itu kemudian disambutnya dengan
baik. Tiga tahun menimba ilmu dan pengalaman sebagai Anggota DPRD Sulsel, sudah
cukup bagi seorang Syamsari Kitta (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera) untuk percaya
diri maju dalam Pilkada Takalar.
Ia kemudian memutuskan maju sebagai
Calon Wakil Bupati Takalar periode 2007-2012, mendampingi Burhanuddin
Baharuddin sebagai calon bupati.
Burhanuddin Baharuddin ketika itu juga Anggota
DPRD Sulsel dari Partai Golkar. Ia lolos menjadi anggota dewan dengan catatan
menarik, yakni mampu meraih suara yang melebihi Bilangan Pembagi Pemilih atau
BPP.
Sayangnya, pasangan Burhanuddin
Baharuddin – Syamsari Kitta yang meraih 34.829 suara (24,59 persen) kalah dari pasangan
petahana, Ibrahim Rewa – Andi Makmur Sadda yang merebut 60.353 suara (42,61 persen).
Menjelang Pilkada Takalar tahun 2012, kami–saya
dan Syamsari–sempat bertemu dalam sebuah kegiatan sekolah, kebetulan anak kami
satu sekolah.
“Bagaimana dalam Pilkada nanti?” tanya saya.
“Insya Allah,” jawab Syamsari.
“Kosong dua atau kosong satu?” tanya saya
lagi.
“Insya Allah kosong satu,” jawabnya
mantap dan kami kemudian salam komando untuk memberinya semangat.
Syamsari kemudian maju dalam Pilkada
Takalar tahun 2012 sebagai calon bupati, berpasangan dengan Hamzah Barlian.
Mantan pasangannya, Burhanuddin Baharuddin juga maju sebagai calon bupati
berpasangan dengan Natsir Ibrahim sebagai calon wakil bupati.
Natsir Ibrahim yang akrab disapa Nojeng,
adalah anak kandung Ibrahim Rewa (Bupati Takalar ketika itu). Nojeng ketika itu
Anggota DPRD Kabupaten Takalar dan juga menjabat Ketua DPD II Partai Golkar
Takalar.
Sayangnya, Syamsari Kitta lagi-lagi
belum berhasil. Pasangan Syamsari Kitta – Hamzah Barlian yang meraih 40.152
suara (24,56 persen), kalah dari duet Bur – Nojeng (tagline Burhanuddin Baharuddin
– Natsir Ibrahim Daeng Nojeng) yang meraup 49.521 suara (30,42 persen).
Supel dan Murah
Senyum
Jauh sebelum Pilkada Takalar tahun 2017,
nama Syamsari Kitta lagi-lagi disebut-sebut akan maju sebagai calon bupati dan
ia kemudian benar-benar maju sebagai calon bupati, dengan menggaet H Achmad
Daeng Se’re yang akrab disapa Haji De’de sebagai calon wakil bupati. Pasangan
ini kemudian menggunakan tagline SK–HD yang merupakan singkatan dari Syamsari
Kitta – Haji De’de.
Haji De’de yang mantan Anggota DPR RI
dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 2009-2014, tidak lain adalah menantu
dari almarhum Ibrahim Rewa (mantan Bupati Takalar) dan tentu saja ipar dari
Natsir Ibrahim Daeng Nojeng.
Ada kesamaan antara Syamsari Kitta dengan
Haji De’de, yaitu sama-sama supel dan murah senyum. Keduanya selalu tampil apa
adanya dan sama sekali tidak memasang wibawa, baik kepada pejabat maupun kepada
masyarakat umum.
Saya beberapa kali “memergoki” Syamsari Kitta
maupun Haji De’de tampil bersahaja dan supel. Mereka menyapa dan bicara dengan
menempatkan diri setara dengan orang yang dihadapi, bahkan tak jarang “merendahkan
diri” di hadapan orang.
Beberapa tahun silam, saya bersama H
Arifuddin Bella (Ketua Persatuan Wartawan Indonesia/PWI Kabupaten Gowa) singgah
makan siang pada sebuah warung coto di Takalar. Kami langsung disambut hangat
oleh seorang lelaki yang memakai songkok dan saya taksir usianya tidak lebih
tua dari saya.
Lelaki itu sangat supel tapi bersahaja. Sambil
makan, lelaki itu ngobrol-ngobrol dan bernostalgia yang membuatnya tertawa-tawa
bersama Haji Bella–sapaan akrab H Arifuddin Bella–serta seorang lelaki lainnya
(yang ternyata pemiliki warung). Tak lama kemudian, lelaki tersebut pamit
sambil tetap bercanda setelah “mentraktir” kami.
“Sombere’na tawwa. Inai anjo sumpaeng
aji? (supel sekali orangnya, siapa orang yang tadi itu)” tanya saya kepada Haji
Bella.
“Iyami anjo nikana Haji De’de (dia
itulah Haji De’de)” jelas Haji Bella sambil tertawa.
Saya langsung mengungkapkan bahwa nama
Haji De’de sudah lama saya dengar, tapi saya sama sekali tidak menyangka kalau
orangnya masih muda.
“Kukana anjo Haji De’de toami taunna
(saya kira Haji De’de orangnya sudah tua)” kata saya kepada Haji Bella.
Sekitar dua pekan sebelum Hari “H” Pilkada
Takalar pada 15 Februari 2017, saya dan ratusan orang lainnya melayat ke rumah duka
Hj Baetsah Daeng Kanang di Takalar. Haji Kanang adalah perempuan mantan Anggota
DPRD Takalar dan dikenal sebagai pengusaha kuliner yang baik hati.
Dalam keadaan hujan gerimis, beberapa
orang tampak mengangkat keranda jenazah almarhumah dari dalam rumah menuju
mobil ambulance, dan salah seorang di antara mereka yang mengangkat keranda ternyata
adalah Haji De’de, yang tidak lain Calon Wakil Bupati Takalar.
Saya hampir tidak percaya melihatnya,
sampai-sampai saya bertanya kepada orang yang berdiri di samping saya dan
sama-sama bernaung di bawah tenda, untuk memastikan bahwa orang itu adalah Haji
De’de.
“Iye’, Haji De’de anjo (betul, dia
adalah Haji De’de),” jawab orang yang saya tanya.
Makan Siang
Bersama
Beberapa hari sebelum pencoblosan pada
Pilkada Takalar, saya diundang dan diajak makan siang oleh seorang kawan di
Takalar. Kawan tersebut memilih sebuah warung sederhana yang berhadapan dengan
Pasar Sentral Takalar.
Saya pun meluncur dari Makassar ke
Takalar untuk memenuhi undangan tersebut. Kami kemudian makan bersama. Namun
tidak lama kemudian muncul beberapa orang yang ternyata sebagian dari mereka
adalah pejabat di Kantor Pemkab Takalar. Kawan saya yang juga seorang PNS
kemudian menyambut dan menyalami mereka. Suasana pun menjadi ramai.
Suasana yang ramai itu menjadi semakin
ramai setelah muncul beberapa orang lagi dan ternyata salah seorang di
antaranya adalah Syamsari Kitta yang memakai baju kemeja warna putih dan
songkok guru. Juga hadir Andi Makmur Sadda, mantan Wakil Bupati Takalar yang
mendukung pasangan Syamsari Kitta – Haji De’de (SK–HD).
Syamsari yang ditemani isterinya, Irma
Andriani, langsung menyapa dan menyalami para pejabat dan pegawai yang sudah terlebih
dahulu masuk ke dalam warung, termasuk saya bersama kawan saya. Kami bahkan
sempat foto bersama dan kemudian duduk satu meja untuk makan bersama.
Gaya bicara dan penampilan Syamsari
Kitta benar-benar bersahaja. Sama sekali tidak memasang wibawa. Ia juga duduk
dengan bebas di samping kiri saya dan kami sempat sedikit bernostalgia tentang
masa-masa ia duduk sebagai Anggota DPRD Sulsel.
Dalam hati dan kepada banyak orang di
Takalar, saya mengatakan alangkah bagusnya kalau pasangan Syamsari Kitta – Haji
De’de terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Takalar, karena keduanya
bersahaja, supel, dan murah senyum.
Berterima-kasih
di Facebook
Syamsari juga menampilkan
kebersahajaannya dengan mengucapkan terima kasih melalui media sosial Facebook,
kepada pimpinan partai pengusung, pendukung, tim, relawan, masyarakat Takalar,
serta semua pihak yang telah berkontribusi, sehingga dirinya bersama Haji De’de
ditetapkan sebagai pemenang Pilkada Takalar 2017.
“Kemenangan SK–HD adalah kemenangan rakyat,
kemenangan kita semua, tak terkecuali, siapa pun pilihannya di Pilkada ini,”
tulis Syamsari Kitta dalam akun Facebook-nya, Rabu sore, 22 Februari 2017.
Ucapan terima kasih lewat media sosial tersebut
selain menunjukkan kebersahajaannya, juga menunjukkan bahwa dirinya juga gaul di
media sosial, yang tidak semua pejabat mau dan mampu melakukannya.
Diksi: “Kemenangan SK–HD adalah
kemenangan rakyat, kemenangan kita semua...” juga merupakan
pilihan kata yang menunjukkan kebersahajaan seorang Syamsari Kitta.
Selamat atas kemenangan duet SK – HD,
selamat kepada masyarakat Takalar, selamat atas terlaksanakan Pilkada damai di
Takalar. (Asnawin Aminuddin)