PENAMPILANNYA mirip pelukis Pak Tino Sidin (pelukis idola anak-anak pada tahun 1970-an) yang jarang melepas baret di kepala kecuali saat berdinas dan beribadah. Penyair kreatif ini sesungguhnya adalah seorang pejabat pada Dinas Pendidikan Kota Makassar. Jenjang kariernya dimulai saat dia menjadi guru SMP di Kabupaten Wajo yang dekat dengan Danau Tempe. Kepenyairannya pun mulai ditempa dari sana dengan menerbitkan sebuah kumpulan puisi berjudul “Danau Semesta.”
---------
PEDOMAN
KARYA
Jumat,
10 Maret 2017
Chaeruddin Hakim
Sang Guru, Seniman, dan Budayawan
Penampilannya mirip pelukis Pak Tino
Sidin (pelukis idola anak-anak pada tahun 1970-an) yang jarang melepas baret di
kepala kecuali saat berdinas dan beribadah. Penyair kreatif ini sesungguhnya
adalah seorang pejabat pada Dinas Pendidikan Kota Makassar.
Jenjang kariernya dimulai saat dia
menjadi guru SMP di Kabupaten Wajo yang dekat dengan Danau Tempe.
Kepenyairannya pun mulai ditempa dari sana dengan menerbitkan sebuah kumpulan
puisi berjudul “Danau Semesta.”
Penyair ber-NIP ini, lahir di Makassar
pada 16 Juni 1962. Menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Ujungpandang (sekarang Universitas Negeri
Makassar) dan pernah tercatat sebagai mahasiswa pada Fakultas Sastra
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam
berbagai kegiatan seni dan sastra. Di IKIP Ujungpandang ia mendirikan dan
mengetuai Kelompok Studi Apresiasi Sastra (KESAS) dan membina beberapa
organisasi seni dan sastra lainnya.
Selama berdinas sebagai guru bahasa dan sastra,
ia pun mendirikan Forum Pemerhati Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Sulawesi Selatan (FP2-BSI Sulsel) yang banyak melatih guru dan melakukan
seminar, workshop, dan kegiatan kemah sastra kerjasama dengan lembaga-lembaga
perguruan tinggi di Sulsel.
Kariernya sebagai guru beriringan dengan
kariernya sebagai penyair. Setelah mengabdi sebagai guru di daerah wisata
“Danau Tempe”, ia kembali ke tanah kelahirannya, Kota Makassar menggeluti dunia
pendidikan, seni dan sastra.
Di kota tersebut, ia mengajar pada SMP
Negeri 3 Makassar hingga terangkat menjadi pengawas pendidikan kemudian menjadi
Kepala Sekolah. Sambil berdinas sebagai guru, pengawas dan Kepala Sekolah sejak
tahun 2000 hingga sekarang, ia pun mengabdi sebagai dosen Luar Biasa pada
beberapa perguruan tinggi.
Chaeruddin Hakim mengajar beberapa mata
kuliah, antara lain Pengkajian Drama Indonesia, Pengkajian Prosa Fiksi
Indonesia, Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia, Pengembangan Motorik dan Bahasa
Anak, Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia, Evaluasi Pengajaran, Disain
Pembelajaran, Ilmu Budaya Dasar dan beberapa mata kuliah lainnya.
Sementara dalam organisasi seni, sastra,
dan budaya, ia pernah menjadi Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Sulawesi
Selatan (1996), Sekretaris Umum Himpunan Sasrajana – Kesusastraan Indonesia
Komisariat Sulawesi Selatan (2002), Wakil Ketua Badan Kerjasama Kesenian
Indonesia (BKKI) Kota Makassar (2003), dan Direktur Lembaga Kerja sama
Kantong-kantong Budaya (LK3B) Sulawesi Selatan (2002).
Ia juga pernah dipercaya sebagai Koordinator
bidang Sastra Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta
(2000-2010), Penasihat Badan Kerja sama Kesenian Indonesia Kota Makassar
(2007-2012), serta Koordinator Lembaga Pendampingan Pengembangan Kompetensi
Guru ”RUMAH BELAJAR” Sulawesi Selatan (2010-).
Chaeruddin Hakim juga banyak mengikuti
pelatihan profesi, pertemuan-pertemuan ilmiah bidang sosial, kependidikan,
kebahasaan dan kesenian baik di tingkat provinsi maupun maupun di tingkat
nasional.
Lelaki yang mengaku “takut” naik pesawat
lantaran selalu berimajinasi liar ini, punya “pusat dokumentasi” kecil yang
menampung buku-buku sastra dan budaya di rumahnya dan sering dibuka untuk
masyarakat umum.
Karya-karyanya yang telah dibukukan
berjudul “Lagu Perjalanan” (Kumpulan Puisi, Kesas 1986), “Danau Semesta”
(Kumpulan Puisi, Pemda Kab. Wajo 1995), “Mimpi terakhir” (Kumpulan Puisi, Kesas
1988), ‘‘Laut Kampung Nelayan” (Kumpulan Puisi, PLAN Internasional 1995),
“Nasihat untuk Presiden” (Kumpulan Puisi, LK3B Sulsel, 2003), “47 Sajak-sajak
Alam” siswa SMPN 3 Makassar -- sebagai editor, Kanwil Kehutanan, Sulsel 1996).
Juga ada “Kebun Cinta” (Kumpulan Puisi,
LK3B, Sulsel 2002). Karya puisinya yang lain terkumpul dalam antologi bersama:
“Jejak-Jejak Puisi Ombak Makassar” (Dewan Kesenian sulawesi Selatan, 2000),
“Pintu yang Bertemu” (BKKI Kota Makassar, 2003), “Surga yang Tak Nikmat” (BKKI
Kota Makassar-Dewan Pendidikan Kota Makassar, 2004).
Selain karya puisi, penyair penerima
anugrah Seni Bidang Sastra “Celebes Award” tahun 2007 dari Pemerintah Propinsi
Sulawesi Selatan ini juga menulis beberapa naskah drama antara lain berjudul
“Penjara” (FP2BSI Sulsel 1996), “Dua Sisi” (FP2BSI Sulsel, 1996).
Tesisnya pada Pascasarjana UNM
mengungkap nilai-nilai luhur pada “Kelong” (Salah satu bentuk puisi tradisional
Makassar dalam bentuk lagu) telah mengilhaminya untuk mengangkat “Kelong”
sebagai salah satu genre pementasan puisi yang unik dan belum dijamah oleh
penyair lain.
Menyertai “tesis” tersebut, ia telah
menerbitkan buku berjudul “Kitab Kelong Makassar 4 Bahasa” (BKKI Kota Makassar
kerjasama Pustaka Gora , 2006), “Lukisan Kelong Tanah Liat” (LK3B Sulsel,
2006), dan Tafsir Kelong Makassar” (de La Macca Press, 2016).
Chaeruddin juga menggarap serangkaian
proyek pribadi dokumentasi audio-visual tentang kelong seperti, “Sastra Tutur
Sinrilik Datumuseng” (LK3B Sulsel, 2006), “Sastra Tutur Sinrilik I Manakkuk”
(LK3B Sulsel, 2006), “Kelongna Anak Loloa --Syair Kelahiran Bayi” (LK3B Sulsel,
2006), “Sisaklakna Nyawaya na Tubuah – Syair Syakratul Maut” (LK3B Sulsel ,
2006), serta beberapa video clip lagu-lagu bugis Makassar.
Ia pun aktif melakukan Pameran Keliling
“Sastra Kelong” hingga oleh teman-temannya disandangkan sebuah gelar baru
“Penyair Kelong”. (Badaruddin Amir)