BUKAN MANUSIA STANDAR. Nama Syahrul Yasin Limpo memang belum selevel dengan para pahlawan nasional dan tokoh nasional asal Sulawesi Selatan, tetapi namanya cukup menggaung pada level nasional dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Sulsel, sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), serta sebagai mantan calon Ketua Umum DPP Partai Golkar.
----------
PEDOMAN KARYA
Kamis,
16 Maret 2017
Syahrul Yasin
Limpo, Bukan Manusia Standar
Nama Syahrul Yasin Limpo memang belum
selevel dengan para pahlawan nasional dan tokoh nasional asal Sulawesi Selatan,
tetapi namanya cukup menggaung pada level nasional dalam kapasitasnya sebagai
Gubernur Sulsel, sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh
Indonesia (APPSI), serta sebagai mantan calon Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Prestasi yang dicapai pun sudah tidak
terhitung lagi, baik dalam kapasitasnya sebagai pimpinan organisasi (AMPI
Sulsel, FKPPI Sulsel, Kosgoro Sulsel, Pramuka Sulsel, FORKI Sulsel, Partai Golkar Sulsel,
dll), maupun dalam kapasitasnya sebagai Bupati Gowa dua periode dan Gubernur
Sulsel dua periode), serta berbagai kapasitas lainnya.
Dengan berbagai prestasi yang telah
diukirnya di birokrasi dan di organisasi, maka tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa Syahrul Yasin Limpo bukanlah manusia standar. Dia berada di atas standar
atau di atas rata-rata orang Sulawesi Selatan pada umumnya dalam bidang yang
digelutinya.
Dalam berbagai kesempatan, Syahrul
menggambarkan dirinya sebagai orang yang mementingkan disain (by design) dan perencanaan (planning). Syahrul tidak suka mengikuti
air yang mengalir dan sangat menghindari kecelakaan, termasuk kecelakaan
politik.
Ia bahkan selalu membuat beberapa
perencanaan untuk setiap tujuan yang ingin dicapai. Jika rencana A gagal, maka
Syahrul sudah siap dengan rencana B, dan seterusnya. Mungkin itulah yang
membuat kariernya terus menanjak, baik di pemerintahan maupun di berbagai
organisasi.
Bagaimana dengan kegagalannya merebut
kursi Ketua Umum DPP Partai Golkar (kalah dari Setya Novanto) dan juga
pergantian dirinya sebagai Ketua Umum DPD I Partai Golkar tanpa melalui proses musyawarah? Apakah itu masuk kategori kecelakaan politik?
Pasti ada yang menilai kedua hal itu
sebagai kecelakaan politik, tetapi bukan Syahrul Yasin Limpo namanya kalau ia
tidak punya “Perencanaan B” dan seterusnya. Ia sama sekali tidak terjatuh.
Syahrul bahkan tetap berdiri tegak karena telah
memberi warna tersendiri pada Munaslub Partai Golkar tahun 2016, antara lain
sebagai “pemain daerah yang berani bertarung melawan pemain nasional”, serta
lolos sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar meskipun tidak membayar iuran Munaslub
sebesar Rp1 miliar yang dipatok panitia pemilihan.
Rekrutmen kepemimpinan, katanya,
haruslah berdasarkan ketulusan dan integritas, bukan dengan dengan syarat harus
menyetor uang dalam jumlah tertentu atau harus memiliki uang dalam jumlah besar.
“Kalau begitu (kalau harus membayar dan
harus banyak uang, pen), integritasnya turun. Saya mending tidak maju,” kata
Syahrul ketika itu.
Keberaniannya bertarung sebagai calon
Ketua Umum pada Munaslub DPP Partai Golkar, menunjukkan bahwa di dalam dirinya
mengalir darah pejuang dari kedua orangtuanya, almarhum Kolonel HM Yasin Limpo
(1924-2009, pejuang kemerdekaan dan tokoh Sulsel) dan Nurhayati Yasin Limpo
(politisi, pejuang kemerdekaan, tokoh wanita).
Dengan “Perencanaan B” dan seterusnya
yang telah dibuatnya, boleh jadi Syahrul masih akan melangkah ke panggung lebih
tinggi, dari panggung provinsi ke panggung nasional.
Boleh jadi ia akan
terpilih menjadi pejabat setingkat menteri, bahkan bukan tidak mungkin, dirinya akan terpilih memimpin sebuah partai politik besar di tingkat nasional,
karena Syahrul adalah orang yang mementingkan disain (by design) dan perencanaan (planning). Kita lihat saja nanti.
Selamat ulang tahun ke-62 (16 Maret
1955-16 Maret 2017) Pak Syahrul! Semoga masih diberi umur panjang untuk berbuat
lebih banyak bagi daerah, bangsa, dan negara. (Asnawin Aminuddin / Wartawan Pedoman Karya)