KULIAH SAMBIL KERJA. Di usia yang masih muda ini saya harus kehilangan sebagian dari hidup saya, ibu tercinta. Karena musibah ini beberapa minggu saya tidak aktif lagi masuk kuliah dan semangat kuliah tak seperti dulu lagi. Pada semester IV dan V saya sering terkendala waktu, karena saya kuliah sambil bekerja dan harus menafkahi istri dan anak saya yang baru lahir. (Dok. Pribadi)
------
Selasa, 23 Mei 2017
SURAT PEMBACA:
Ibu Meninggal, Kuliah Sambil Kerja
-
Menikah Karena Ingat Pesan Almarhumah Ibu
Nama saya Saenal. Saya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Saya akan menceritakan mengalaman saya dari semester pertama saya menempuh pendidikan
di Unismuh Makassar.
Pada awal-awal
semester atau mahasiswa baru, saya seperti
kebanyakan mahasiswa lainnya selalu
bersemangat mengikuti setiap mata kuliah.
Semester
dua, saya sudah mulai memiliki teman akrab
di kelas. Tak jarang kami sepakat untuk tidak
mengikuti mata kuliah karena alasan malas atau karena belum menyelesaikan tugas
dari dosen.
Seiring
berjalannya waktu, saya mulai sadar yang saya lsayakan
tersebut tidak benar. Saya mulai mengubah
kebiasaan buruk tersebut, saya mulai berteman dengan mahasiswa yang rajin masuk
kuliah dan rajin mengerjakan tugas. Ternyata
hal tersebut dapat mengubah kebiasaan buruk saya. Lambat
laun saya mulai rajin masuk kuliah seperti awal-awal semester satu.
Pada
awal semester tiga saya mengalami musibah, ibu saya sakit-sakitan dan hal ini
membuat saya harus bolak-balik ke rumah
sakit hampir satu bulan yang berdampak pada
absensi saya di kampus.
Penyakit
ibu semakin parah dan akhirnya nyawanya tak tertolong. Ini
membuat saya sangat terpukul. Di usia yang
masih muda ini saya harus kehilangan sebagian dari hidup saya, ibu tercinta.
Karena musibah
ini beberapa minggu saya tidak aktif lagi masuk kuliah dan semangat kuliah tak
seperti dulu lagi. Saya berpikir buat apa kuliah jika ibu
tak ada lagi? Absensi saya di semester ini sangat tidak bagus, saya merasa
malas dan tidak punya semangat hidup dikarenakan
kehilangan ibu, hal ini membuat saya sangat terpuruk dan tidak tahu harus
bagaimana.
Saya
sangat merasa kecewa pada dunia ini serasa tidak adil bagiku. Hari-hari setelah
kematian ibu, terasa kosong tak ada lagi semangat
menjalani hidup, sampai akhirnya teringat keinginan ibu untuk
melihat saya menyelesaikan kuliah dan menjadi sarjana.
Saya merasa
harus mengabulkan keinginan ibu, walau serasa berat untuk melangkah lagi. Demi
keinginan ibu saya harus melawan rasa sedih dan perasaan kehilangan harapan
ini.
Saya mulai dari
awal lagi, saya mulai masuk kuliah lagi, semangat dari teman-teman juga serasa
memberi semangat lagi agar saya tak berhenti berjuang. Walau sudah di pertengahan semester,
tapi setidaknya saya melewati semester ini dengan perjuangan.
Sebelum
meninggal, ibu juga sempat berpesan ingin melihat
saya menikah. Saya adalah anak sulung beliau. Mungkin
ini adalah alasan beliau mengatakan hal tersebut, kata-kata ibu bagaikan sebuah
wasiat bagi saya dan saya yakin ibu pasti bahagia jika saya mewujudkan
keinginannya tersebut.
Beberapa bulan
setelah beliau meninggal, kami sekeluarga membicarakan
keinginan beliau untuk melihat saya menikah, dan akhirnya saya memberanikan
diri untuk melamar kekasih saya.
Kesibukan
mengurus acara pernikahan membuat saya kembali tidak bisa mengatur jadwal
kuliah. Hal inilah yang menyebabkan nilai saya
pada semester ini sangat tidak bagus, termasuk mata
kuliah “Artikel, Esai, dan Opini”,
yang menyebabkan saya harus memperbaikinya dengan program ulang.
Mata kuliah “Artikel, Esai, dan Opini”, saya
program kembali dan ikut kuliah bersama adik-adik semester tiga dan berharap
nilai saya dapat berubah jadi lebih baik, tapi
karena saya kerja sambil kuliah dan tidak bisa mengatur waktu saya, akhirnya
mata kuliah ini kembali mendapat nilai yang tidak memuaskan.
Saya
pribadi sangat berterimah kasih pada bapak Asnawin sebagai dosen
mata kuliah “Artikel, Esai, dan Opini” yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk memperbaiki nilai kami.
Pada
semester IV dan V saya sering terkendala waktu,
karena saya kuliah sambil bekerja, karena saya sadar kini tanggung jaswab saya
sangat besar karena harus menafkahi istri dan anak saya yang baru lahir.
Beruntung
saya punya banyak teman yang membantu saya
mengerjakan tugas, karena berkat bantuan mereka nilai saya tidak seburuk
semester lalu.
(*Saenal adalah Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Unismuh Makassar,
Angkatan 2014/2015)