SARJANA KEHORMATAN. Mark Zuckerberg menerima ijazah Sarjana Kehormatan pada acara wisuda, di Kampus Harvard University, Amerika Serikat, Kamis, 25 Mei 2017. (Foto diambil dari akun Facebook Marc Zuckerberg)
-----------
PEDOMAN
KARYA
Rabu,
31 Mei 2017
Pidato Sarjana
Kehormatan Pendiri Facebook (2):
Kisah Favorit Mark
Zuckerberg
Hari ini saya akan bicara soal tujuan.
Tapi saya tidak berdiri di sini untuk memberikan kepada Anda sebuah pidato
kelulusan standar tentang menemukan tujuan Anda. Kita adalah para millenial.
Kita akan melakukannya secara naluriah.
Saya di sini untuk menyampaikan bahwa
menemukan tujuan saja tidak cukup. Tantangan generasi kita adalah menciptakan
sebuah dunia dimana setiap orang memiliki kesadaran akan tujuan.
Salah satu kisah favorit saya adalah
ketika Presiden John F Kennedy mengunjungi pusat antariksa NASA. Ia melihat
seorang petugas pembersih membawa sebuah sapu. Ia datangi dan bertanya kepada
petugas itu apa yang sedang ia kerjakan. Petugas pembersih itu menjawab: “Tuan
presiden, saya membantu mengirimkan manusia ke bulan.”
Tujuan adalah kesadaran bahwa kita
adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dibanding diri kita sendiri. Bahwa
kita dibutuhkan, kita memiliki sesuatu yang lebih baik di depan untuk
dikerjakan.
Tujuan adalah sesuatu yang menciptakan
kebahagiaan yang sejati. Saat-saat kelulusan Anda hari ini sangat penting.
Ketika orangtua kita lulus kuliah, tujuan biasanya datang dari pekerjaan,
gereja, atau komunitas.
Tapi hari ini, teknologi dan otomatisasi
telah menghilangkan banyak pekerjaan. Jumlah anggota dalam komunitas menurun.
Begitu banyak orang merasa tidak terhubung atau depresi, dan mencoba mengisi
kekosongan itu.
Dari banyak perjalanan yang sudah saya
lakukan, saya duduk bersama anak-anak di rumah tahanan remaja dan balai
rehabilitasi ketergantungan narkoba. Mereka katakan kepada saya bahwa mereka
bisa menjalani hidup yang berbeda bila saja mereka punya sesuatu untuk
dilakukan, seperti program usai jam sekolah atau sebuah tempat untuk dituju.
Saya bertemu dengan para pekerja pabrik
yang menyadari bahwa pekerjaan lama mereka tidak akan kembali, dan mencoba
menemukan tempat dimana mereka bisa berguna.
Untuk memastikan masyarakat kita terus
bergerak maju, kita memiliki sebuah tantangan generasi: tak hanya menciptakan
lapangan pekerjaan baru, tapi juga menciptakan kesadaran baru akan tujuan.
Saya ingat malam ketika saya meluncurkan
Facebook dari kamar kecil asrama di Kirkland House. Saya pergi ke Noch's
(Pinocchio's Pizza) bersama kawan saya, KX. Saya bilang kepadanya bahwa saya
tertarik untuk menghubungkan komunitas Harvard, yang suatu saat akan
menghubungkan seluruh dunia.
Kami tidak pernah berpikir orang yang
akan melakukan itu adalah kami. Kami hanya anak kuliahan. Kami tak tahu apa-apa
soal itu. Ada banyak perusahaan teknologi besar dengan sumberdaya melimpah.
Saya mengasumsikan salah satu dari mereka mau melakukannya. Namun gagasan ini
begitu terang benderang bagi kami -- bahwa setiap orang ingin terhubung.
Sehingga kami terus bergerak maju, hari demi hari.
Saya tahu banyak dari Anda yang punya
kisah seperti ini. Sebuah gagasan mengubah dunia yang tampak begitu benderang
yang Anda harapkan dilakukan oleh orang lain. Tapi ternyata mereka tidak
melakukannya. Anda-lah yang melakukannya. Tapi tidak cukup untuk punya tujuan
sebatas pada diri Anda sendiri. Anda juga harus menciptakan kesadaran akan
tujuan itu bagi orang lain.
Yang saya alami begitu sulit. Apakah Anda
tahu bahwa saya tidak pernah mengharapkan bakal membangun sebuah perusahaan,
namun menciptakan dampak. Dan seiring dengan bergabungnya makin banyak orang
bersama kami, saya menerka soal apa yang juga mereka harapkan. Sehingga saya
tak pernah menjelaskan soal apa yang saya harapkan untuk dibangun.
Beberapa tahun kemudian, beberapa
perusahaan besar ingin membeli perusahaan kami. Saya tidak ingin menjualnya.
Saya ingin mencari tahu apakah perusahaan kami bisa menghubungkan lebih banyak
orang.
Kami menciptakan versi pertama News Feed
(aliran konten di FB), dan berpikir bila kami merilisnya maka News Feed dapat
mengubah cara kita mempelajari dunia.
Hampir semua orang di Facebook ingin
agar perusahaan kami dijual. Tanpa kesadaran akan tujuan yang lebih tinggi,
menjual perusahaan adalah impian yang jadi nyata bagi startup. Gagasan ini
sempat membuat perusahaan kami tercerai-berai.
Setelah melalui perdebatan yang keras,
seorang penasehat mengatakan bahwa bila saya tidak menjual Facebook, saya akan
menyesalinya seumur hidup. Hubungan kami dalam perusahaan jadi memanas di
tahun-tahun itu, setiap orang di tim manajemen memutuskan keluar. Itu adalah
masa-masa sulit saya memimpin Facebook.
Saya mempercayai apa yang kami kerjakan,
tapi saya merasa sendirian. Lebih buruk lagi, itu adalah kesalahan saya. Saya
membayangkan bagaimana bila ternyata saya memang salah: seorang peniru, seorang
anak berusia 22 tahun yang tak tahu bagaimana caranya dunia ini bekerja.
Hari ini, beberapa tahun kemudian, saya
memahami bagaimana sesuatu bila tak memiliki kesadaran akan tujuan yang lebih
besar. Sepenuhnya jadi hak kita untuk menciptakannya, karena itu kita bisa
terus maju bersama-sama.
Hari ini saya ingin menyampaikan tiga
cara menciptakan dunia dimana setiap orang memiliki kesadaran akan tujuan:
dengan melaksanakan pekerjaan bermakna secara bersama-sama, mendefinisikan
kembali kesetaraan sehingga setiap orang memiliki kebebasan untuk mencapai
tujuan, dan membangun komunitas di seluruh dunia. (bersambung)