SEJARAH IDUL FITRI. Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran Idul Fitri pertama kalinya dirayakan oleh umat Islam setelah Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun ke-2 Hijriyah. Pada hari itu, Rasulullah Muhammad SAW pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Ied di atas tanah lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat Ied di lapangan terbuka. Inzet: Maman A Majid Binfas.
---------
Jumat, 30 Juni 2017
Sejarah Idul Fitri dan Minal Aidin Walfaizin
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Menurut jejak
sejarah Islam, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran Idul Fitri pertama
kalinya dirayakan oleh umat Islam setelah Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun
ke-2 Hijriyah.
Menurut Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama,
Rasulullah Muhammad SAW pergi
meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Ied
di atas tanah lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW
dan para sahabat menunaikan shalat Ied di
lapangan terbuka.
“Dari
sinilah lahirnya ungkapan doa
kaum muslimin saat
itu, allahummaj'
alna minal 'aidin walfaizin, yang artinya Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan,” papar Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka)
Jakarta, Maman
A Majid Binfas PhD.
Hal itu diungkapkan
saat tampil sebagai khatib Shalat Idul Fitri 1438 H, di Lapangan
BTN Tabariah Makassar, Ahad, 25 Juni 2017.
Saat perayaan shalat
Idul Fitri pertama itu, kata Maman, masih banyak kaum muslimin yang berada dalam
kondisi luka-luka atau masih belum pulih kesehatannya akibat Perang Badar.
“Rasulullah
pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama
dalam kondisi lelah. Sampai-sampai Nabi Muhammad SAW bersandar
kepada Bilal saat menyampaikan khutbah
Ied,” tutur Maman yang
alumni S1 Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Dalam suasana Ied
tersebut, katanya, para sahabat saling bertemu dengan
mengucapkan doa taqabbalallahu minna waminkum, yang artinya semoga Allah menerima ibadah dan amal kita semua.
Di tahun kedua
Hijriyah itu pula, Allah SWT mewajibkan semua
orang-orang beriman untuk berpuasa sebagaimana
firman-Nya dalam QS: 2 (Surah Al-Baqarah): ayat 183, yang artinya“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
“Ibnu
Katsir menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah memuji bulan Ramadhan dikarenakan
bulan Ramadhan telah dipilih sebagai bulan utama diturunkan al-Qur’an sehingga
ia sangat istimewa di mata Allah SWT. Karena ia sangat istemewa, maka kita mesti merayakannya
dengan shalat Idul fitri secara paripurna di tanah lapang atas kesuksesan kita dalam
melaksanakan jihad puasa Ramadhan,” urai Maman. (win)
Tags
Aneka