DITAKUTI. Abdul Razak (Daeng Tompo') adalah pensiunan guru di SMP Negeri 4 Makassar (Jl Pongtiku). Ia pensiun tahun 2010. (Foto: Asnawin)
----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 11 Agustus 2017
SOSOK:
Ditakuti Para Siswa
Namanya
Abdul Razak, tapi lebih akrab disapa Daeng Tompo'. Sama dengan nama saya.
Sesama Daeng Tompo', ha..ha..ha.. Daeng Tompo' adalah pensiunan guru di SMP
Negeri 4 Makassar (Jl Pongtiku). Ia pensiun tahun 2010.
Cita-citanya jadi insinyur. Maka setamat
SD, ia lanjut ke STN (Sekolah Teknik Negeri, Jl Bandang, Makassar), kemudian
masuk ke STM 1 (sekarang SMK 2, Jl Pancasila, Gunungsari, Makassar).
Setelah itu, Daeng Tompo' kuliah di
Akademi Pendidikan Teknik Negeri (APTN), di Jl Mappanyuki, Makassar. APTN
kemudian dilebur masuk ke Fakultas Teknik Unhas Makassar.
Hanya setahun kuliah, ia tergiur bekerja
pada seorang kontraktor. Cukup lama dia bekerja sebagai tenaga bagian teknik. Enam
tahun. Kemudian pindah lagi ke kontraktor lain di Makassar. Tentu saja ia kerap
ke luar Sulsel jika ada proyek yang dikerjakannya.
Karena tidak ada lagi kecocokan dengan
pekerjaan dan dengan sang bos, Daeng Tompo’ pun meninggalkan kontraktor tempatnya
bekerja. Lalu bekerja di Perusahaan Semen Putih, di Pelabuhan Makassar.
Berhenti bekerja di pabrik semen, ia
ditawari kuliah di PGSLP IKIP Yang Disempurnakan, tahun 1978. Hanya satu tahun
kuliah, ia langsung terangkat jadi guru di SMP Negeri 4 Makassar.
“Saya jadi guru selama tiga puluh satu
tahun,” kata pria kelahiran 31 Desember 1949.
Ada yang menarik saat dirinya jadi guru.
Ia sering memukul siswa, terutama siswa yang nakal. Siswa yang dipukul bahkan
kadang benjol dan kesakitan. Kalau ada siswa yang nakal, pasti Daeng Tompo'
yang diminta oleh Kepala Sekolah dan para guru untuk “menanganinya.”
“Tidak ada siswa yang melapor ke
orangtuanya, apalagi melapor ke polisi. Malah mereka jadi takut dan segan sama
saya,” ungkap Daeng Tompo' saat berbincang-bincang dengan penulis di Terminal
Tamalae, Makassar, Jumat, 11 Agustus 2017. (asnawin)