TERSANJUNG. Kami tersanjung di tengah kelangkaan rumpun sapaan tulus dari haqikat nilai persahabatan tulen, antara satu dengan keluarga yang lain. Kini nilai luhur itu mungkin telah keropos ditelan zaman. Esensi kiriman bahagia wujud ketulusan, sungguh terkesan. Kebiasaan itu kini telah menjadi erosi di era asesoris menjamurnya polesan persahabatan materialisme, demi kepentingan kapitalisme sesaat!
------
PEDOMAN
KARYA
Jumat,
15 September 2017
SURAT PEMBACA:
Nilai Luhur
Keropos di Telan Zaman
Kenangan 17 tahun berlalu di Parepare. Dulu
acara Musyawarah Daerah (Musda) IMM Sulsel, kami terpilih jadi formatur, kami terpilih
tanpa dagelan mata domino meluncur.
Dua hari kemarin pada tempat yang sama,
acara Konferensi Nasional VI Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi
Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia di Kampus Universitas Muhammadiyah Parepare
(Umpar).
Meskipun sudah 17 tahun berlalu, tapi terasa
aku baru saja dari sini. Di sini, Parepare, juga kota kenangan kelahiran BJ
Habibie, juga bung Syahril Syah, Ketua Umum DPP IMM dua periode (1993-1996).
Kenangan menawan walau berbeda irama
musim bersenandung, namun, ku merasa tersanjung, ada dua bungkus kiriman
kesahajaan untuk kami dari ibunda bang Syahril.
Kami tersanjung di tengah kelangkaan
rumpun sapaan tulus dari haqikat nilai persahabatan tulen, antara satu dengan
keluarga yang lain. Kini nilai luhur itu mungkin telah keropos ditelan zaman.
Esensi kiriman bahagia wujud ketulusan, sungguh
terkesan. Kebiasaan itu
kini
telah menjadi erosi di era asesoris menjamurnya polesan persahabatan
materialisme, demi kepentingan kapitalisme sesaat! Termasuk di institusi
Pendidikan apalagi di partai politik!
Di akhir bahasan makalah kami dalam
bentuk power point, kami menguraikan seperti gambar yang ditampilkan dalam
ilustrasi tulisan ini.
Maman A Majid
Binfas
(Dosen
Pascasarjana Uhamka, Jakarta)