“Apa ini oleh-oleh belah,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.
“Inimi mau
kuceritakanki’. Saya keluar kota dua hari dengan uang perjalanan dinas
pas-pasan, bahkan tidak cukupki uangku seandainya harus kubayarki semua ongkos
taksi online dan bus dalam perjalanan pergi pulang,” kata Daeng Tompo’. (Foto: Asnawin)
------------
PEDOMAN KARYA
------------
PEDOMAN KARYA
Jumat,
13 Oktober 2017
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’ (34):
Uang
Perjalanan Dinas Pas-pasan
“Jam berapaki’
tiba tadi malam?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ seusai shalat subuh
berjamaah di masjid.
“Cepatji. Jam
sembilan adama’ di rumah,” jawab Daeng Tompo’.
“Apa ini
oleh-oleh belah,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.
“Inimi mau
kuceritakanki’. Saya keluar kota dua hari dengan uang perjalanan dinas
pas-pasan, bahkan tidak cukupki uangku seandainya harus kubayarki semua ongkos
taksi online dan bus dalam perjalanan pergi pulang,” kata Daeng Tompo’.
“Jadi kenapaji
padeng?” tukas Daeng Nappa’.
“Waktu
berangkat, teman ngobrolku di perjalanan yang bayarki bus dan taksi online.
Selama di sana kan akomodasi ditanggung penyelenggara. Waktu pulang kemarin
sore, kebetulan sama-samaka peserta lain ke bandara, eh dia lagi yang bayarki
taksia,” papar Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Berarti aman
itu uang perjalanan dinasta’. Jadi manami padeng oleh-olehta’?” goda Daeng
Nappa’ juga sambil tersenyum.
“Itumi
masalahna. Karena khawatirka’ tidak cukup uangku, jadi tidak bellika oleh-oleh,
tapi tadi malam singgahja’ di pinggir jalan beli lengkeng. Kubelikanjaki’ juga,
ayo’mi ke rumah,” ajak Daeng Tompo’.
Makassar, Senin, 11 September 2017
--------
@Obrolan 33:
http://www.pedomankarya.co.id/2017/10/seandainya-pejabatki-korupsiki-juga.html