“Ini amanah yang sangat berat. Jabatan rektor atau kursi ketua ini bukanlah kursi empuk yang dapat membuat saya tidur nyenyak dan terlena.”
- Jumase Basra -
(Ketua STKIP Muhammadiyah Bulukumba)
-----------
PEDOMAN
KARYA
Ahad,
24 Desember 2017
Jumase Basra: Jabatan Rektor Bukan Kursi Empuk
Menjabat rektor atau pimpinan perguruan tinggi
selama dua periode tentu bukanlah pekerjaan ringan, karena selain memimpin para
akademisi dengan berbagai macam latar belakang pendidikan dan karakternya
masing-masing, juga harus memajukan perguruan tinggi yang dipimpinnya di tengah
tantangan dan persaingan yang semakin ketat.
Dan itulah yang dijalani Jumase Basra. Ia
sudah dua periode menjabat Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Muhammadiyah Bulukumba. Jabatan periode pertama tahun 2013-2017, dan periode
kedua 2017-2021.
Pada periode pertama kepemimpinannya,
STKIP Muhammadiyah Bulukumba mengalami banyak kemajuan, antara lain
terakreditasinya semua program studi, terpenuhinya rasio dosen dan mahasiswa,
pengembangan unit-unit layanan dan unit usaha (antara lain berupa wisma yang
akan ditingkatkan menjadi hotel), serta meningkatnya posisi STKIP Muhammadiyah
Bulukumba dalam pemeringkatan perguruan tinggi secara nasional.
STKIP Muhammadiyah Bulukumba juga telah
memiliki Rusunawa yang berlantai empat dengan 50 kamar tidur, yang
diperuntukkan sebagai asrama mahasiswa.
Bagaimana suka-dukanya dalam memimpin
STKIP Muhammadiyah Bulukuma, apa obsesinya, dan apa-apa saja yang telah dilakukannya,
berikut petikan bincang-bincang wartawan “Pedoman Karya”, Asnawin Aminuddin, dengan Jumase Basra dalam berbagai kesempatan.
“Ini amanah yang sangat berat. Jabatan rektor atau kursi
ketua ini bukanlah kursi empuk yang dapat membuat saya tidur nyenyak dan terlena,”
ungkap Jumase, yang terdaftar dalam Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT)
Ditjen Dikti Kemenristek-Dikti RI, dengan NIDN/NUP 9909000664.
Saat menerima amanah tersebut pada periode
pertama tahun 2013, Jumase mengaku banyak pihak yang meragukan kemampuannya,
namun ia tetap optimis berkat dorongan semangat dan dukungan dari kader-kader angkatan
muda Muhammadiyah dan pengurus Muhammadiyah, serta pengalaman yang dimiliknya puluhan
tahun mengajar di sekolah dan di kampus.
“Saya tidak menjawabnya dengan
kata-kata, tetapi saya menjawabnya melalui kerja nyata. Ada satu prinsip yang
saya pegang, bahwa ketika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan dilandasi
niat tulus, insya Allah, Tuhan akan selalu membantu aktivitas kita. Saya juga
selalu menanamkan dalam diri bahwa saya akan membuat sejarah dalam setiap gerak
langkah saya,” tutur Jumase.
Suami dari Halijah SPd (Guru SD 293
Tanakokkong, Bulukumba) menyadari bahwa perguruan tinggi merupakan lembaga yang
unik, karena bukan jawatan pemerintah, bukan perseroan, dan juga bukan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM).
Kampus adalah tempatnya para intelektual
berkumpul dengan berbagai macam pemikiran yang mereka miliki. Kampus bertujuan
menghasilkan tenaga sumber daya insani yang mumpuni, serta menghasilkan
penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.
Di sisi lain, STKIP Muhammadiyah
Bulukumba merupakan salah satu perguruan tinggi yang merupakan milik dan berada
di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah, serta mengemban amanah sebagai lembaga
perkaderan Muhammadiyah.
“Dibutuhkan suatu pola tersendiri
sehingga dari perguruan tinggi Muhammadiyah dapat lahir kader-kader
Muhammadiyah yang mampu mengemban tugas dakwah,” kata Jumase.
Sebagai pimpinan perguruan tinggi
Muhammadiyah, maka mimpi-mimpi ayah dari tiga anak ini pun harus mimpi tentang pengembangan
STKIP Muhammadiyah Bulukumba.
Dirinya merasa sangat gembira apabila
mimpi-mimpinya tentang STKIP Muhammadiyah Bulukumba dapat terwujud, dan sebaliknya
dia akan merasa berduka ketika mimpi-mimpinya tidak dapat terwujud.
Jumase juga mengaku termasuk orang yang suka
bermimpi tentang kampus yang dipimpinnya, dan merasakan bahwa kadangkala
mimpi-mimpinya tersebut tidak dapat ditangkap dalam pikiran orang. Karena
itulah, untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, dirinya harus berupaya
memberikan penjelasan kepada para pimpinan, dosen, dan karyawan STKIP
Muhammadiyah Bulukumba.
“Memang tidak semua mimpi-mimpi saya
terhadap kampus ini dapat diterima dengan baik, bahkan mungkin kadang dianggap
sebuah ide gila yang tidak mungkin terwujud, tetapi saya tetap optimis bahwa
suatu saat nanti, mimpi itu akan menjadi suatu realita,” tuturnya.
Untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut,
dirinya mengaku memegang prinsip yang selama ini dipegang oleh kader-kader dan
pengurus Muhammadiyah ketika mendapat amanah memimpin atau mengelola amal usaha
Muhammadiyah.
“Kebersamaan,
kesungguhan, dan keikhlasan merupakan kunci yang perlu dipegang dalam mengemban
amanah,” tegas Jumase.