FESTIVAL ATTOENG / MATTOJANG. Menyambut dan meramaikan peringatan hari Ibu Tahun 2017, Rumah Kelong Makassar menggelar Festival Attoeng/Mattojang, di Gedung Kesenian Sociteit de Harmoni, Makassar, 22 – 24 Desember 2017.
------
Selasa,
12 Desember 2017
Rumah Kelong
Gelar Festival Attoeng – Mattojang
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA).
Menyambut dan meramaikan peringatan hari Ibu Tahun 2017, Rumah Kelong Makassar
menggelar Festival Attoeng/Mattojang, di Gedung Kesenian Sociteit de Harmoni, Makassar,
22 – 24 Desember 2017.
Festival yang mengusung tema “Toeng/Tojang
sebagai Media Penguatan Karakter” terbuka bagi Ormas perempuan, Dharma Wanita, PKK,
guru, majelis taklim, siswa / pelajar, mahasiswa, serta sanggar seni.
Ketua Panitia Chaeruddin Hakim mengatakan,
peserta dari instansi atau organisasi dapat lebih dari satu orang, sedangkan
naskah syair attoeng / mattojang disiapkan oleh panitia.
“Syair naskah juga dapt dibawa sendiri
oleh peserta, baik anonim, maupun karya sendiri dengan ketentuan memuat unsur
doa, harapan, dan cita-cita. Syair yang dibawakan dapar berupa syair Bugis,
Makassar, Mandar, atau Toraja. Durasi
atau batas waktu tampil masing-masing peserta maksimal sepuluh menit,” kata
Chaeruddin.
Saat tampil, katanya, peserta dapat menggunakan
media toeng / tojang, serta dapat menggunakan atau dibantu unsur pemusik
maksimal dua orang. Properti toeng / tojang disiapkan oleh panitia.
Chaeruddin mengatakan, Festival Attoeng
/ Mattojang dilaksanakan oleh Rumah Kelong Makassar bekerja sama Pemerintah
Kota Makassar, Harian Fajar, Lembaga Pembinaan Pengembangan Kebudayaan dan
Kesenian, Sulawesi Selatan (LAPAKK SS), Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulsel, dan PW
Fatayat NU Sulsel.
“Para pemenang akan mendapatkan hadiah
uang tunai, piala, dan tentu saja piagam, sedangkan semua peserta akan
mendapatkan piagam,” papar Chaeruddin.
Dua Kategori
Lomba dibagi dua kategori, yaitu kategori
umum dan kategori pelajar / mahasiswa untuk
Attoeng, serta kategori umum dan kategori pelajar / mahasiswa untuk Mattojang.
Calon peserta dapat mendaftar langsung melalui
Ketua Panitia Chaeruddin Hakim pada nomor telepon seluler 0852-5500-9162, Eka
Yuniarsih di SMPN 24 Makassar (Jl Baji Gau) nomor telepon seluler 0852-4227-6901,
Jamal April Kalam di Gedung Kesenian Sulsel nomor telepon seluler 0813-5467-1155,
Radio Gamasi Kompleks Marinda Banta-bantaeng Makassar, serta Radio Gama Gowa (Jl
Tumanurung).
Perlahan-lahan
Punah
Chaeruddin mengatakan, pengembangan
karakter yang sedang digalakkan pemerintah mulai dari jenjang pendidikan
formal, instansi pemerintah, sampai pada lapisan masyarakat, menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia tengah mengalami sebuah degradasi karakter.
Pengembangan karakter sebagai akar
budaya bangsa yang oleh beberapa pelaku kesenian dan kebudayaan menganggapnya
sebagai sebuah Jihad Budaya di tengah terpaan tantangan kebudayaan yang
membutuhkan kearifan lokal yang bersumber dari nilai-nilai kearifan masyarakat
Indonesia.
“Salah satu medium nilai kearifan lokal
menanamkan nilai-nilai karakter sejak usia dini adalah Attoeng atau Mattojang,”
kata Chaeruddin.
Attoeng atau Mattojang, katanya, adalah
mengayun anak dengan menggunakan media sarung yang digantung pada tiang rumah
atau pada tempat tertentu sambil mendendangkan syair elong kelong eya eya oo
atau yabe lale oleh para ibu atau nenek.
Syair elong-kelong yang didendangkan
mengandung harapan, doa, dan cita-cita pada seorang anak yang sedang
ditoeng/ditojang, misalnya: tinromako naung, anak (tidurlah tidur, anakku), siluserang
sumangaknu (tidur bersama semangatmu), bangungko tinro (jika engkau bangun), tekne
tongmi pakmaiknu (bahagialah perasaanmu).
Kebiasaan Attoeng atau Mattojang sebagai
salah satu media penanaman nilai-nilai karakter sejak usia balita pernah tumbuh
subur dan berkembang di tengah masyarakat, , ujar Chaeruddin, perlahan-lahan
punah dari peradaban masyarakatnya.
“Salah satu penyebab punahnya kebiasaan Attoeng
atau Mattojang pada masyarakat Bugis-Makassar adalah lemahnya penyebaran pesan
kearifan lokal dari generasi tua kepada generasi muda, serta berbagai tantangan
lainnya,” tutur Chaeruddin.
Dia kemudian memaparkan sebuah hasil
penelitian, bahwa 39,5% anak akan mempunyai karakter positif jika sering
diperdengarkan kearifan lokal kelong/elong, baik di saat akan ditidurkan
(ditoeng/ditojang) maupun di saat bersenda-gurau.
“Itulah yang membuat kami dari Rumah
Kelong tergerak menyelenggarakan Festival Attoeng / Mattojang yang dirangkaian
dengan Peringatn Hari Ibu 22 Desember 2017,” kata Chaeruddin. (kia)