“Sampe di penjual pisang epe’, pesanma’ pisang epe’, baru duduk-dudukma’ sama Daeng Sarro. Tidak lama datangmi penjualka bawa pisang epe’, tapi begitu makangi Daeng Sarro, langsunga’ istighfar,” ungkap Daeng Tompo’. (int)
----------
PEDOMAN KARYA
Sabtu,
13 Januari 2018
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’ (67):
Begitu Makangi, Langsunga’ Istighfar
“Tadi sore
datanga’ di pantai. Di tempat parkir, ketemuka Daeng Sarro, seniorku di
organisasi. Dia itu mertua dari seorang pejabat,” kata Daeng Tompo’ kepada
Daeng Nappa’ saat duduk-duduk di pos ronda kompleks perumahan.
“Jadi apa
kita’ bicarakan,” tanya Daeng Nappa’.
“Jadi,
cerita-ceritama’ sambil jalan dari tempat parkir ke tempat penjual pisang epe’.
Masalah agama terus nabicarakan. Kubilangmi dalam hati, luar biasa ini
perubahanna seniorku,” kata Daeng Tompo’.
“Terus,”
tukas Daeng Nappa’.
“Sampe di
penjual pisang epe’, pesanma’ pisang epe’, baru duduk-dudukma’ sama Daeng
Sarro. Tidak lama datangmi penjualka bawa pisang epe’, tapi begitu makangi
Daeng Sarro, langsunga’ istighfar,” ungkap Daeng Tompo’.
“Kenapaki’
istighfar?” tanya Daeng Nappa’.
“Daeng Sarro
juga kaget, tapi langsunga’ bilang ada kuingat, jadi tidak natau’ji yang
sebenarna,” kata Daeng Tompo’.
“Kenapaki’
istigfar kah?” tanya Daeng Nappa’ lagi.
“Bagaimanaka’
tidak kaget, terus-teruski bicara agama, tapi dia makan dengan tangan kiri,”
ungkap Daeng Tompo’.
“Astaghfirullah,”
tukas Daeng Nappa’. (asnawin)
Sabtu,14 Oktober
2017
-------
@Obrolan
66:
http://www.pedomankarya.co.id/2018/01/kebanyakan-mauji-bikin-lucu-lucu.html