“Maksudku, dulu, pada zaman Nabi Muhammad, pemimpin itu dipilih dari orang-orang terbaik, jadi mereka punya wibawa,” kata Daeng Nappa’.
“Sekarang?” tanya Daeng Tompo’.
“Sekarang, calon pemimpin, calon pejabat, harus mendaftar, harus test, kayaktong anak-anak yang mendaftar masuk sekolah,” kata Daeng Nappa’.
----------
PEDOMAN
KARYA
Sabtu,
06 Januari 2018
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’ (56):
Jadi Mauki'
Bilang, Sekarang Tidak Adami Orang Terhormat?
“Bedamentongi itu dulu dengan sekarang
di’?” ujar Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi siang di kafe kantor
walikota.
“Pastimi beda. Kan lain bolu lain
cakalang, lain dulu lain sekarang,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa.
“Maksudku, dulu, pada zaman Nabi
Muhammad, pemimpin itu dipilih dari orang-orang terbaik, jadi mereka punya
wibawa,” kata Daeng Nappa’.
“Sekarang?” tanya Daeng Tompo’.
“Sekarang, calon pemimpin, calon
pejabat, harus mendaftar, harus test, kayaktong anak-anak yang mendaftar masuk
sekolah,” kata Daeng Nappa’.
“Jadi,” tukas Daeng Tompo’.
“Mustinya calon pemimpin itu diposisikan
sebagai orang terhormat, didatangi dan diminta kesediaannya menjadi pemimpin,
bukan diperlakukan seperti anak-anak calon siswa baru,” tutur Daeng Nappa’.
“Jadi mauki’ bilang, sekarang tidak
adami orang terhormat?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Eh, kita’ itu yang bilang na,” kata
Daeng Nappa’ lalu tertawa bersama Daeng Tompo’. (asnawin)
Senin,
02 Oktober 2017
.........
@Obrolan
55:
http://www.pedomankarya.co.id/2018/01/jadi-terpaksa-tidak-puasaki-ini.html