“Cium tangan itu dibolehkan kalau karena alasan agama, misalnya untuk menghormati orang-orang yang kita muliakan, seperti ayah dan ibu, atau guru,” kata Daeng Tompo’.
“Bagaimana kalau mencium tangan pejabat
atau pimpinan parpol misalnya?” tanya Daeng Nappa’.
-----------
PEDOMAN
KARYA
Sabtu,
13 Januari 2018
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’ (69):
Tidak Maujaki’ Kita’
Dicium Tanganta’?
“Bagaimana pendapatta tentang cium
tangan?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ seusai shalat lohor berjamaah
di masjid.
“Cium tangan itu dibolehkan kalau karena
alasan agama, misalnya untuk menghormati orang-orang yang kita muliakan, seperti
ayah dan ibu, atau guru,” kata Daeng Tompo’.
“Bagaimana kalau mencium tangan pejabat
atau pimpinan parpol misalnya?” tanya Daeng Nappa’.
“Kalau bersalaman boleh, karena memang
disunnahkan, tapi mencium tangan karena alasan dunia, karena ada kepentingan,
saya belum pernah dengar dan belum pernah baca haditsnya,” papar Daeng Tompo’
sambil tersenyum.
“Jadi kalau kita jadi bos, kita jadi
ketua parpol, tidak maujaki’ dicium tanganta’?” tanya Daeng Nappa’ sambil
tersenyum.
“Tidak adaji memangji saya potonganku
jadi pejabat, bos, atau pimpinan parpol,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa dan
keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Senin,
16 Oktober 2017
.........
@Obrolan
68:
http://www.pedomankarya.co.id/2018/01/naik-becaki-tawwa-ke-kantor-kpu.html