KEBEBASAN AKADEMIK. Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar bukanlah sarangnya paham-paham radikal, melainkan tempatnya Islam wasatiyah, Islam rahmatan lil'aalamin. Siapa pun tamu yang datang ke Kampus UIN Alauddin akan diterima, termasuk orang syiah, atheis, ataupun humanis.
-------
Kamis,
04 Januari 2018
UIN Alauddin
Bukan Sarang Paham Radikal
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Kampus
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar bukanlah sarangnya paham-paham
radikal, melainkan tempatnya Islam wasatiyah, Islam rahmatan lil'aalamin. Siapa
pun tamu yang datang ke Kampus UIN Alauddin akan diterima, termasuk orang syiah,
atheis, ataupun humanis.
Demikian antara lain hasil Rapat
Pimpinan Diperluas UIN Alauddin Makassar, Selasa, 02 Januari 2018, dengan
agenda tunggal menyikapi pemberitaan di media sosial (Medsos) dan media massa
online mengenai pernyataan Rektor UIN Prof Musafir Pababbari yang diplintir,
seolah dirinya selaku pimpinan kampus Islam menerima ajaran syiah, ateis, dan komunis
masuk di kampus peradaban UIN Alauddin, Makassar.
“Pernyataan Pak Rektor sudah tepat dalam
koridor kebebasan akademik, bukan masalah teologis dan bukan pula masalah
politik. Siapapun tamu yang datang ke UIN harus kita terima, apakah ia syiah,
atheis, ataupun humanis. Apalagi UIN telah bekerjasama dengan beberapa perguruan
tinggi di luar negeri seperti Jepang, Korea, Iran, dan lain-lain,” demikian
putusan rapat sebagaimana rilis yang dikirim Humas UIN Alauddin, kepada redaksi
Pedoman Karya, Selasa, 02 Januari 2018.
Dalam rapat di Ruang Rapat Rektor UIN
Alauddin yang dipimpin Prof Musafir dan dihadiri Dewan Guru Besar UIN Alauddin,
para wakil rektor, para dekan, Direktur Pascasarjana, pimpinan lembaga, staf
ahli, dan tim Humas, juga diputuskan bahwa Rektor UIN Alauddin Makassar dengan
tegas menolak kelompok-kelompok yang ingin mengintervensi kampus.
“Dalam Statuta UIN Alauddin disebutkan
bahwa kampus memiliki kebebasan akademik, otonomi mimbar, dan otonomi keilmuan.
Kedatangan tamu dari Iran di Kampus UIN Alauddin adalah dalam rangka seminar Islam
dan Demokrasi, serta Maulid Nabi Muhammad SAW di Fakultas Adab dan di Fakultas Ushuluddin
dengan tema Save Palestina, sama sekali tidak ada yang menyinggung tentang syiah,”
demikian penegasan dalam putusan rapat tersebut. (win)