“Kalau di parpol, orang yang mendaftar sebagai calon gubernur, calon walikota, atau calon bupati, kemudian ikut proses fit and propert test, bisa saja tidak ada yang lolos mendapatkan rekomendasi dukungan parpol,” papar Daeng Tompo’.
----------
PEDOMAN
KARYA
Selasa,
06 Februari 2018
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’ (118):
Apa Bedanya
Parpol dengan Sekolah
“Apa bedanya parpol dengan sekolah?”
tanya Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi siang di warkop terminal.
“Jelasmi beda, parpol itu lembaga
politik, sedangkan sekolah itu lembaga pendidikan,” jawab Daeng Nappa’.
“Bisakah siswa mendapat ijazah tanpa terdaftar
sebagai siswa, tanpa pernah mengikuti proses belajar mengajar, dan tanpa
mengikuti tes akhir?” tanya Daeng Tompo’.
“Jelasmi tidak bisa,” jawab Daeng Nappa’.
“Di situlah bedanya dengan parpol,” kata
Daeng Tompo’.
“Apa maksudta’?” tanya Daeng Nappa’.
“Kalau di parpol, orang yang mendaftar
sebagai calon gubernur, calon walikota, atau calon bupati, kemudian ikut proses
fit and propert test, bisa saja tidak ada yang lolos mendapatkan rekomendasi
dukungan parpol,” papar Daeng Tompo’.
“Terus,” tukas Daeng Nappa’.
“Sebaliknya, orang yang tidak mendaftar,
tidak ikut proses penjaringan, bisa saja mendapat rekomendasi dukungan parpol,”
jelas Daeng Tompo’.
“Jadi untuk apaji padeng dibuka
pendaftaran dan diadakan fit and propert test, kalau akhirnya orang yang tidak
ikut proses penjaringan yang diberi rekomendasi?” tanya Daeng Nappa’.
“Di situlah hebatnya parpol, di situlah
bedanya parpol dengan sekolah,” ujar Daeng Tompo’ sambil tersenyum. (asnawin)
Senin,
01 Januari 2018
-----
@Obrolan
117:
http://www.pedomankarya.co.id/2018/02/pernahki-dengar-istilah-kendaraan-kosong.html