GUBERNUR GALAU. Di Provinsi A, banyak sekali orang yang ingin menjadi gubernur. Di Provinsi B, tak ada satu pun yang mencalonkan diri. Kondisi tersebut tentu saja membuat Gubernur Provinsi A dan Gubernur Provinsi B sama-sama galau.
--------
PEDOMAN KARYA
Ahad,
04 Februari 2018
Lanskap:
Ketika Gubernur
Galau
Oleh: Asnawin
Aminuddin
Dua provinsi bertetangga sedang
menyiapkan diri menggelar pemilihan gubernur, tetapi suasana pada kedua
provinsi tersebut sungguh sangat berbeda.
Di Provinsi A, banyak sekali orang yang
ingin menjadi gubernur. Di Provinsi B, tak ada satu pun yang mencalonkan diri.
Kondisi tersebut tentu saja membuat Gubernur Provinsi A dan Gubernur Provinsi B
sama-sama galau.
Gubernur Provinsi A galau karena
kesulitan memilih calon penggantinya, sedangkan Gubernur Provinsi B galau
karena tak ada satu pun yang berminat menggantikan kedudukannya.
Rakyat di Provinsi A senang dan gembira
dengan banyaknya orang yang mencalonkan diri sebagai calon gubernur, karena
para calon gubernur tersebut selalu mendatangi mereka, membagi-bagikan sembako,
membantu berbagai keperluan mereka, serta tak jarang membagi-bagikan uang
secara cuma-cuma.
Tidak cukup sampai di situ, para calon
gubernur juga banyak mengumbar janji, sehingga rakyat pun semakin senang
dibuatnya.
Sebaliknya, rakyat di Provinsi B sedih
dan prihatin, karena tak ada satu pun orang yang maju menjadi calon gubernur,
padahal gubernur yang sekarang sedang berkuasa tidak bisa lagi dipilih untuk
periode berikutnya karena sudah dua periode berturut-turut menjabat gubernur.
Kondisi itulah yang membuat Gubernur
Provinsi A dan Gubernur Provinsi B menjadi galau.
Kedua gubernur itu kemudian sepakat
mengadakan pertemuan empat mata, tetapi mereka tidak ingin pertemuan itu
diketahui orang lain.
Maka mereka pun menyamar menjadi rakyat
biasa, kemudian mencari warung kopi yang agak sepi untuk mengadakan
pembicaraan.
Setelah berbasa-basi, keduanya pun
mengemukakan kegalauan masing-masing.
“Saya benar-benar galau, karena saya
tahu, mereka yang berminat jadi gubernur semata-mata karena haus akan
kekuasaan,” ungkap Gubernur Provinsi A.
“Wah, kalau saya justru sebaliknya,”
kata Gubernur Provinsi B.
“Maksudnya?” tanya Gubernur Provinsi A
penasaran.
“Tidak ada yang berminat jadi gubernur
karena mereka tahu bahwa jabatan gubernur adalah amanah yang sangat berat,”
ungkap Gubernur Provinsi B.
Keduanya kemudian terdiam. Tidak ada
yang bicara. Cukup lama mereka terdiam, hingga akhirnya Gubernur Provinsi A
menemukan sebuah ide.
“Begini saja. Saya akan membuat banyak
persyaratan bagi para calon gubernur, antara lain harus rajin ke masjid dan
juga rajin puasa,” katanya.
“Dan saya akan mengancam penjara mereka
yang sebenarnya sangat layak jadi gubernur, tetapi tidak bersedia mengemban
amanah tersebut,” timpal Gubernur Provinsi B.