PENGAKUAN DUNIA. Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid (paling kanan), menyerahkan sertifikat pengakuan Pinisi sebagai Warisan Dunia Tak Benda dari Unesco, kepada Gubernur Sulsel dan Pemkab Bulukumba yang diwakili Wabup Bulukumba, Tomy Satria Yulianto (kedua dari kanan), di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Bontobahari, Kecamatan Bontobahari, Selasa malam, 27 Maret 2018. (ist)
-------
Kamis,
29 Maret 2018
Dunia Akui
Kehebatan Orang Bulukumba
- Membuat Kapal Pinisi
Tanpa Peralatan Canggih
BULUKUMBA,
(PEDOMAN KARYA).
Dunia telah mengakui kehebatan orang Bulukumba, khususnya dalam membuat perahu pinisi
yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Orang Barat memakai meter, pakai
komputer, pakai hitung-hitungan matematika, dan sekolah yang tinggi untuk
membuat perahu. Itupun hanya untuk bikin rangka, bikin badan.
Sebaliknya, orang Bulukumba turun-temurun
membuat kapal pinisi, dimulai dari bungkusannya dan parung, kemudian baru
rangkanya yang dibuat, tanpa buku, tanpa macam hitung-hitungan, dan tanpa
komputer.
“Itulah yang membuat dunia mengakui ini sebagai
sesuatu yang menakjubkan bagi dunia. Jadi, mulai hari ini, tidak alasan bagi
untuk berkecil hati, bahwa, ah, saya ini hanya dari kampung Bontobahari, yang
ternyata bisa memberikan sumbangan kepada dunia,” kata Dirjen Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid.
Hal itu diungkapkan Hilmar seusai
mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menyerahkan sertifikat pengakuan
Pinisi sebagai Warisan Dunia Tak Benda dari Unesco kepada Gubernur Sulsel dan Pemkab
Bulukumba yang diwakili Wabup Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, di Pelabuhan
Pendaratan Ikan (PPI) Bontobahari, Kecamatan Bontobahari, Selasa malam, 27
Maret 2018.
Penyerahan sertifikat pengakuan Pinisi
sebagai Warisan Dunia Tak Benda dari Unesco, disaksikan oleh Gubernur Sulsel
yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Musaffar Syah, sejumlah
tokoh pembuat kapal pinisi, serta sejumlah pejabat dan undangan lainnya.
“Saya sangat berbahagia mewakili Pak Menteri.
Sungguh sesuatu yang sangat mengharukan, berdiri bersama para panrita lopi (ahli
pembuat perahu), para pelaut tangguh, yang membawa budaya bahari kepada dunia.
Kita berkumpul pada malam hari ini, untuk menyerahkan sertifikat pengakuan
dunia terhadap warisan budaya kita,” kata Hilmar.
Meski sudah mendapat pengakuan dunia,
namun Hilmar mengaku mendengar cerita yang agak menyedihkan, karena hanya
sedikit anak-anak dan generasi muda Bulukumba yang mau meneruskan dan memertahankan
tradisi mengenai ilmu membuat kapal pinisi yang begitu hebat dan sudah diakui
dunia.
“Saya berpikir, mungkin sudah waktunya
melihat Bulukumba sebagai salah satu pusat kebudayaan bahari di Nusantara. Dan,
kalau sudah bicara pusat kebudayaan, maka tentunya harus ada institusi
kebudayaan, harus ada lembaganya yang mendukung,” kata Hilmar.
Terkait dengan dengan rencana
penyelenggaraan Festival Pinisi di bulan September 2018, Hilmar memastikan akan
mendukung kegiatan tersebut.
“Terakhir, saya titip pesan kepada
generasi muda. Saya kagum melihat sanggar-sanggar seni yang tumbuh dengan
kreativitas yang luar biasa. Saya berpesan, poros maritim yang dicanangkan
Presiden Jokowi, bukan hanya membangun fisik, seperti tol laut,
kapal-kapal, tetapi pembangunan poros
maritim tujuan utamanya adalah membangun manusia dan kebudayan. Jagalah terus
kebudayaan itu, hidupkan terus sanggarnya, jangan segan datang ke Pak Wabup.
Tetapi, kalau Wabup-nya menyerah, datang kepada saya. Kita hidupkan sanggarnya
agar bisa menyiarkan kebudayaan bahari,” tutur Hilmar. (ulla/win)