HUT PEDOMAN
RAKYAT. Sejumlah
mantan wartawan dan mantan karyawan Harian “Pedoman Rakyat” foto bersama pada
peringatan HUT ke-71 Harian “Pedoman Rakyat”, di Permandian Sileo Jenetallasa,
Kecamatan Pallangga, Gowa, Ahad, 04 Maret 2018. Berdiri paling belakang dari
kiri ke kanan: Asnawin Aminuddin, Jussalim Sammak, Muhammad Arafah, Petrus
Sofyan, M Dahlan Abubakar dan nyonya, dan Haluddin Ma'waleda. Berdiri di depan
dari kiri ke kanan Nyonya Arumahi, Andi Rosnawatih, Hafsah Maharani, HL
Arumahi, Hasanuddin Tahir dan nyonya. Duduk di belakang dari kiri ke kanan
Mahyudin dan Muhammad Amir. Duduk di depan dari kiri ke kanan: Rusdy Embas,
Muhammad Rusli Kadir, dan James Wehantow. (ist)
-----------
Ahad,
04 Maret 2018
Harian “Pedoman Rakyat”
Memang Sengaja Dimatikan
GOWA,
(PEDOMAN KARYA).
Harian “Pedoman Rakyat” yang terbit perdana pada 1 Maret 1947, dan berhenti
terbit alias tidak menemui lagi pembacanya pada 3 Oktober 2007, ternyata tidak
mati secara alami. Harian “Pedoman Rakyat” tidak terbit lagi karena memang
sengaja dimatikan.
“Pedoman Rakyat sengaja dimatikan,”
ungkap mantan Direktur II PT Media Pedoman Jaya, Hasanuddin Tahir, pada acara peringatan
Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Harian “Pedoman Rakyat, di Permandian Sileo
Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Gowa, Ahad, 04 Maret 2018.
Pernyataan Pak Tatang–sapaan akrab Hasanuddin
Tahir–dibenarkan oleh mantan Pemimpin Redaksi “Pedoman Rakyat”, HM Dahlan
Abubakar.
“Saya sependapat dengan Pak Tatang.
Pedoman Rakyat memang sengaja dimatikan,” tandas Dahlan, pada sesi acara
diskusi yang dipandu oleh Muhammad Arafah.
Proses mematikan “Pedoman Rakyat”
diawali dengan dibentuknya perusahaan dengan nama PT Media Pedoman Jaya, yang
mengelola Harian Pedoman Rakyat. Sebelumnya, Harian Pedoman Rakyat dan
Percetakan Sulawesi, berada di bawah pengelolaan Firma Perak.
“Seharusnya Firma Perak tidak ada lagi
setelah didirikan PT Media Pedoman Jaya, tetapi kenyataannya Firma Perak tetap
ada dan menguasai semua aset Pedoman Rakyat, termasuk Percetakan Sulawesi,
sedangkan PT Media Pedoman Jaya hanya memiliki beberapa unit komputer dan juga wartawan,”
tutur Dahlan.
Informasi dan pernyataan yang
diungkapkan Hasanuddin Tahir dan Dahlan Abubakar tersebut memang cukup
mengagetkan, tetapi para mantan wartawan dan mantan karyawan Harian “Pedoman
Rakyat” tidak lagi berminat menggugatnya.
Sebagian dari mereka bahkan menginginkan
diterbitkannya lagi Harian “Pedoman Rakyat” atau menerbitkan media baru yang
dikelola bersama oleh para mantan wartawan dan mantan karyawan “Pedoman Rakyat.”
“Saya ingat kata-kata Pak Arafah, yang
mengatakan kita pernah ada. Saya katakana, tidak, kita memang ada, cuma kita tidak
percaya diri. Buktinya, orang masih menghargai saya sebagai mantan wartawan
Pedoman Rakyat,” ungkap Muhammad Amir, mantan wartawan Pedoman Rakyat yang
akrab disapa Amir Gowa alias Amigo, untuk membedakannya dengan dengan Amir Tata
yang berasal Kabupaten Takalar.
Amir Gowa kemudian mengusulkan dibuat
perusahaan baru dan langsung menyatakan siap menyumbangkan dana pribadinya
untuk pendirian perusahaan baru yang akan mengelola media cetak atau media
online dengan nama “Pedoman Rakyat.”
Atas usul dan insiatif tersebut, para
mantan wartawan dan mantan karyawan Harian “Pedoman Rakyat” sepakat mengadakan
pertemuan lanjutan dalam waktu dekat.
Takalar Tuan
Rumah
Muhammad Arafah yang telah disepakati
sebagai Ketua Panitia Tetap Peringatan HUT “Pedoman Rakyat”, mengatakan, tuan
rumah HUT ke-71 “Pedoman Rakyat” dipercayakan kepada Jussalim Sammak (Ketua
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Takalar) dan Amir Tata (Kepala Seksi Pendidikan
Masyarakat Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar).
“Tahun ini disepakati Takalar sebagai
tuan rumah, karena kebetulan ada dua teman kita yang berdomisili di Takalar,
dan rencana semula peringatan HUT ke-71 Pedoman Rakyat diadakan di Takalar,
tapi karena ada usulan agar acaranya diadakan di Permandian Sileo Jenetallasa, akhirnya
acaranya diadakan di sini,” jelas Arafah (kini redaktur di Harian Ujungpandang
Ekspres).
Acara peringatan HUT ke-71 Harian “Pedoman
Rakyat” dihadiri puluhan mantan wartawan dan mantan karyawan “Pedoman Rakyat”, bahkan
ada yang datang bersama keluarganya.
Turut hadir antara lain HL Arumahi (mantan
Pemred Pedoman Rakyat, kini Ketua Bawaslu Sulsel), Petrus Sofyan Malia (kini
berdomisili di Mamasa, Sulbar), James Wehantow (kini menjadi pengusaha), Insan
Ihlas Jalil (kini redaktur di Harian Tribun Timur), Abdul Manaf Rahman dan
isterinya Nadiah (juga mantan wartawan Pedoman Rakyat, kini pejabat pada Dinas
Sosial Provinsi Sulsel), Mahyudin (rakyatbersatu.com).
Asnawin Aminuddin (Majalah PEDOMAN KARYA,
www.pedomankarya.co,id),
Mohammad Yahya Mustafa (kini Dekan Fisipol Universitas Sawerigading, Makassar),
Rusdy Embas, Muhammad Rusdi Sudding (guru di Maros dan pendiri sebuah yayasan
pendidikan di Makassar).
Haluddin Ma’waledha (Ketua Ikatan
Wartawan Online/IWO Jawa Timur), Muhammad Rizal (ASN pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Jeneponto), Darwis Kusi, Andi Rosnawatih (hadir bersama suaminya Andi Baso
Tancung yang pernah menjadi penulis tetap di Harian Pedoman Rakyat), Hafsah
Maharani, dan Muhammad Rusli Kadir (kini aktif berceramah sebagai muballigh). (win)
Tags
Liputan Utama