KAMPANYE. Ketua PARFI Sulsel, Dr Syahriar Tato (pakai kacamata) didampingi presenter kocak Dr Azis Nojeng (pakai baju biru muda), berkunjung dan bercanda dengan siswa SDN Kompleks Sambung Jawa, Makassar, Sabtu, 10 Maret 2018, guna mengampanyekan gerakan "Ayo Nonton Film Lokal." (Foto: Rusdin Tompo)
-------
Ahad,
11 Maret 2018
Ketua
Parfi Sulsel Ajak Anak SD Nonton Film Lokal
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Momen hari Persatuan Artis
Film Indonesia (PARFI), pada tanggal 10 Maret 2018, dimanfaatkan oleh Ketua PARFI
Sulsel, Dr Syahriar Tato, untuk mengampanyekan film lokal di SDN Kompleks
Sambung Jawa, Makassar.
Syahriar Tato yang dikenal
sebagai sosok multitalenta itu hadir bersama Dr Azis Nojeng, juga seorang
dengan bakat yang komplit. Mereka boleh dikata sebagai aktor serba bisa.
Kehadiran para aktor di
tengah-tengah kesibukan syutingnya ini diapresiasi oleh Kepala SDN Kompleks
Sambung Jawa, Fahmawati SPd. Harapannya, kedua aktor ini bisa memberikan
motivasi dan inspirasi. Apalagi pada sekolah yang dipimpinnya ada program KePo,
singkatan dari kenali profesi.
Bintang film juga merupakan
salah satu profesi yang perlu diperkenalkan dan didekatkan kepada anak-anak.
Apalagi mereka juga konsumen atau penonton film, baik melalui televisi, bioskop
maupun YouTube.
“Kami adalah bintang film
nasional yang mengembangkan perfilman di daerah,” begitu kata Syahriar Tato,
yang pernah menduduki jabatan sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Sulsel.
Syahriar berkisah, jauh
sebelum dirinya menjadi birokrat dan akademisi, ia sudah lebih dulu bermain film.
Saat itu, ia masih duduk di kelas 3 SMP dan diajak bermain dalam film yang
berkisah tentang kekejawan Westerling.
“Saya diajak main film
tebtang korban 4000 jiwa,” kenang lelaki eksentrik yang pernah menyiar di Radio
Bharata itu.
Di hadapan lebih 400-an
siswa dan para guru SDN Kompleks Sambung Jawa, Syahriar begitu semangat membagi
pengalamannya. Sesekali terdengar tepuk tangan dari anak-anak yang duduk
lesehan di halaman sekolah, tempat acara dihelat.
Menurut Syahriar, yang
dikenal juga sebagai penyair dan pemain teater itu, untuk menjadi bintang film,
yang pertama seseorang mesti punya wawasan. Jadi anak-anak mesti punya
pengetahuan luas untuk itu perlu rajin membaca.
“Kita bermimpi tentang tokoh
yang kita perankan maka perlu mengetahui bagaimana karakternya dan itu bisa
didapat lewat bacaan. Jadi perlu kembangkan literasi,” imbuhnya.
Kedua, kalau mau jadi
bintang film harus merasa diri mampu. Harus yakin dan percaya diri. Ketiga,
harus juga punya ketrampilan. Jadi kalau mau memerankan pendekar maka harus
latihan silat. Begitu juga kalau berperan sebagai penari, maka mesti latihan
menari.
Keempat, seorang aktor dan
aktris perlu memiliki sikap yang baik. Jangan malas dan tidak disiplin karena
bisa mengganggu produksi film.
“Kalau anak-anakku sekalian
punya pribadi yang bagus maka akan disenangi banyak orang,” begitu pesan
Syahriar yang mengaku menghabiskan 40 tahun usianya untuk kuliah di beberapa
perguruan tinggi.
Semangat belajar lelaki
penyandang 11 gelar akademik, yang pernah menjabat sebagai Rektor Institut Kesenian Makassar (IKM) ini didorong
oleh surat Iqra: bacalah!
Sementara alasan kenapa
dirinya begitu tergila-gila menonton sampai sekarang adalah berkat pengaruh
ibunya, Dina da Silva Kilay Lacoste. Katanya, semasa hidup ibunya, ia setiap
hari diajak nonton film di 14 bioskop di Makassar.
Kunjungan Syahriar Tato dan
Azis Nojeng semakin meriah setelah keduanya beradu akting. Azis Nojeng yang
dikenal kocak itu mampu membuat hadirin tertawa. Azis Nojeng yang baru saja
menyelesaikan S3-nya itu juga dikenal sebagai presenter, penyair, pendongeng
dan akademisi.
Anak-anak senang bisa
bertemu keduanya, layaknya jumpa fans. Permintaan foto bersama dan swafoto dari
anak-anak dilayani keduanyanya dengan senang hati.
Di pengujung acara, Kepala
SDN Kompleks Sambung Jawa, Fahmawati, mengajak Syahriar Tato menanam pohon
ketapang kencana di salah satu sudut sekolah, sebagai bentuk dukungan kepada
sekolahnya yang merupakan Sekolah Adiwiyata.
Syahriar yang juga memiliki
kepakaran di bidang lingkungan memberikan apresiasi atas penyambutan kepada
dirinya dan PARFI.
“Melalui film kita mengubah
dunia, dengan pendidikan kita mempersiapkan generasi yang akan tumbuh sebagai
insan-insab perfilman masa depan,” ucap Syahriar. (rt/win)