BUDAYA BARAT. “Nah itumi budaya Barat-na. Liatmaki’ pakaianna. Perempuan berkulit putih pakai baju warna hitam tanpa lengan dan panjangnya hanya sampai di bagian paha, tapi tidak pakai celana panjang atau rok. Itu ‘kan budaya Barat, jadi bertentangan sekali kurasa dengan tema debat budaya dan kearifan lokal yang diusung,” tutur Daeng Nappa’. (Foto: Asnawin)
----------
PEDOMAN KARYA
Rabu,
09 Mei 2018
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Bicara Budaya
Lokal, Tampilkan Budaya Barat
“Tidak enakna kurasa tadi nonton debat
publik cagub-cawagub di televis’?” ungkap Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat
bertemu di pos ronda kompleks perumahan.
“Kenapai seng na tidak enak perasaanta’,”
tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Tema yang diangkat dalam debat
cagub-cawagub adalah budaya dan kearifan lokal, tapi ada natampilkan budaya
Barat,” ungkap Daeng Nappa’.
“Yang mana seng? Saya juga nontonja’,
tapi tidak adaji tawwa budaya Barat natampilkan, tari-tarian tradisional dan ganrang
buloji tawwa natampilkan,” kata Daeng Tompo’.
“Kita tidak liatki itu kah, perempuan
yang keluar masuk membawa nomor urut yang dicabut cagub-cawagub untuk sesi tanya-jawab?”
tanya Daeng Nappa’.
“Baa, kuliatji,” kata Daeng Tompo’.
“Nah itumi budaya Barat-na. Liatmaki’
pakaianna. Perempuan berkulit putih pakai baju warna hitam tanpa lengan dan
panjangnya hanya sampai di bagian paha, tapi tidak pakai celana panjang atau
rok. Itu ‘kan budaya Barat, jadi bertentangan sekali kurasa dengan tema debat
budaya dan kearifan lokal yang diusung,” tutur Daeng Nappa’.
“Tajam tong matata’ di’?” tanya Daeng
Tompo’ sambil tersenyum.
“Ah, kita’ itu,” ujar Daeng Nappa’
tersenyum kecut. (asnawin)
Gowa,
Rabu, 09 Mei 2018