"Ada penjelasan MUI, bahwa program standarisasi ini murni bermaksud melindungi masyarakat dari penjelasan agama yang keliru yang disampaikan bukan oleh ahlinya. Pimpinan MUI bilang, yang kita' cegah itu orang yang bukan ustads jadi ustads, atau ustads jadi-jadian,” kata Daeng Tompo'. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
PEDOMAN KARYA
Ahad, 27 Mei 2018
Bukan Ustadz Jadi Ustadz
(Obrolan Daeng Tompo' dan Daeng Nappa')
"Bagaimana pendapatta' kita' dengan daftar 200 muballigh yang direkomendasikan Kementerian Agama kepada masyarakat," tanya Daeng Nappa' kepada Daeng Tompo' saat ngobrol-ngobrol di masjid kompleks perumahan sambil menunggu waktu shalat lohor.
"Saya kira niatnya bagusji, bahwa nama-nama muballigh yang dirilis memang layak diundang ceramah agama, dan kedua supaya ada standarisasi muballigj, da'i, atau ustadz," kata Daeng Tompo'.
"Jadi kira-kira tidak adaji itu unsur politisna?" tanya Daeng Nappa'.
"Ada penjelasan MUI, bahwa program standarisasi ini murni bermaksud melindungi masyarakat dari penjelasan agama yang keliru yang disampaikan bukan oleh ahlinya. Pimpinan MUI bilang, yang kita' cegah itu orang yang bukan ustads jadi ustads, atau ustads jadi-jadian,” kata Daeng Tompo'.
"Berarti mau disamakan dengan guru dan wartawan itue. Disuruh mendaftar ikut ujian kompetensi," tukas Daeng Nappa'.
"Iye', makanya daftarmaki' juga nanti, supaya jadiki' juga ustadz yang tersertifikasi," kata Daeng Tompo' sambil tersenyum.
"Kalau saya, tidakji kapang, kita'mo," kata Daeng Nappa' sambil tersenyum pahit.
#SelamatSiang
#Ahad27Mei2018
#AsnawinAminuddin