BERTEMU. Kamis petang, 07 Juni 2018, kami, penulis (kanan) dan Akbar Santoso, kembali bertemu pada acara buka puasa bersama di Rujab Rektor UNM, Jl Bontolangkasa, Makassar.
-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 07 Juni 2018
Bertemu I Sangkala' Akbar Santoso
Kami teman kuliah semasa S1 di IKIP Ujungpandang, tapi tidak saling kenal dan juga beda jurusan (sekarang disebut program studi) serta beda fakultas.
Akbar Santoso (sebelah kiri di dalam foto) masuk tahun 1985 pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), sedangkan saya masuk tahun 1986 pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK).
Setelah menyelesaikan studi, kami kemudian sama-sama menyandang gelar doktorandus, disingkat Drs. Namun perjalanan hidup kemudian mengantarkan dirinya menjadi guru di daerah Malino, Kabupaten Gowa, sedangkan saya terdampar di dunia jurnalistik.
Kami baru berkenalan dan menjadi akrab saat sama-sama kuliah S2 Ilmu Komunikasi pada Program Pascasarjana Universitas Satria Makassar tahun 2009.
Lucu juga rasanya, karena kami sama-sama alumni IKIP yang merupakan kampus pencetak calon guru, tapi kemudian kami melanjutkan studi pada jenjang magister ilmu komunikasi. Istilah kerennya jenjang pendidikan kami tidak linier alias tidak nyambung.
Tapi terserah apa kata dunia, karena bagi kami pendidikan itu penting dan pasti bermanfaat, baik bagi kami maupun bagi orang lain.
Sejak itu kami sering bertemu dan bercanda, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Di dunia maya, Akbar Santoso eksis dengan canda-candanya, termasuk dengan cerita-cerita lucunya tentang I Sangkala, I Rahing, dan I Baraccung.
Kamis petang, 07 Juni 2018, kami kembali bertemu pada acara buka puasa bersama di Rujab Rektor UNM, Jl Bontolangkasa, Makassar.
Karena pertemuan kami di dunia nyata tergolong langka, maka kami pun langsung mengabadikan pertemuan tersebut dengan foto bersama.
Oh hampir lupa, kami memang banyak persamaan, tapi saya harus akui bahwa kawan yang satu ini memiliki banyak kelebihan, salah satu di antaranya yaitu I Sangkala sudah berstatus kakek.
Meskipun sudah berstatus kakek, I Sangkala sama sekali bukanlah kakek-kakek. Penampilan I Sangkala tidak ada bedanya dibanding pria usia 40-an. Bolehlah dipanggil kakek, tapi panggilan itu sebaiknya diperhalus menjadi Kakek Muda, ha..ha..ha.. (asnawin)