TRADISI. Masyarakat Desa Ogoamas, Kecamatan Sojol Utara, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, mempunyai sebuah tradisi yaitu ma'baca' doang salama'' atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti syukuran atau berdoa. (Foto: Hafsah)
----
Selasa, 19 Juni 2018
Tradisi Ma'baca Doang Salama' di Ogoamas Donggala
DONGGALA, (PEDOMAN KARYA). Jumat berkah, 15 Juni 2018, bertepatan dengan perayaan Hari Idul Fitri 1439 Hijriyah, semua orang bersuka cita menyambutnya. Tak terkecuali masyarakat yang berada di Desa Ogoamas, Kecamatan Sojol Utara, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Masyarakat Ogoamas mempunyai sebuah tradisi yaitu ma'baca' doang salama'' atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti syukuran atau berdoa.
"Ma'baca doang salama dilakukan sebagai bentuk syukur setelah melewati bulan puasa selama sebulan penuh dan diberi kesehatan dalam melaluinya," jelas ustadz Drs Mansur B, salah seorang pemuka agama dan pemuka masyarakat setempat yang selalu dipercaya membacakan doa dan mengetahui tradisi syukuran tersebut, kepada "Pedoman Karya".
Ma'baca Doang Salama', katanya, merupakan bentuk rasa syukur akan keselamatan dan kesehatan yang diberikan Allah kepada kita, karena telah melewati bulan Ramadhan dengan baik.
"Kita juga membaca doa keselamatan atau shalawat atas junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, dengan mengundang keluarga dan tetangga untuk makan bersama di rumah kita," tutur Mansur.
Dia menambahkan, ma'baca doang salama' juga merupakan tradisi bagi masyarakat Desa Ogoamas yang sejak dahulu sudah turun-temurun dilakukan.
Kegiatan ma'baca doang salama' boleh dilakukan baik sehari sebelum Idul Fitri, pada hari Idul Fitri, maupun sehari setelah Idul Fitri. Masyarakat Ogoamas bebas memilih salah satu dari ketiga hari itu.
Pada acara ma'baca doang salama', disajikan berbagai macam hidangan makanan seperti daging ayam, telur, mie kuah, ikan bakar, dan lain-lain.
Juga ada berbagai macam makananmpenutup seperti kue, es buah, tape, maupun buah-buahan segar.
"Tradisi ma'baca doang salama' atau syukuran ini akan selalu dijaga oleh masyarakat Desa Ogoamas sebagai warisan leluhur," kata Mansur. (Hafsah, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unismuh Makassar)