"Dear kawan-kawan pemula, tutuplah telingamu rapat-rapat. Kalian tak bisa menutup mulut orang, apalagi banyak orang. Tekan terus tombol keyboard-mu. Sehancur apapun menurutmu gagasan yang kau keluarkan, ia adalah ide murni. Ia benih yang akan tumbuh, suatu saat akan menjadi mercusuar. Jangan berhenti, jangan hentikan. Ide-ide murni itu akan terbang bersama sejarah, ia tak akan mati."
- Fajlurrahman Jurdi -
-------
PEDOMAN
KARYA
Selasa,
31 Juli 2018
Menguji
Kemampuan Menulis Tanpa Beban
Oleh:
Fajlurrahman Jurdi
(Dosen
Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar)
Saya menguji kembali kemampuan lama,
yakni menulis tanpa beban. Hasilnya mengejutkan, dalam satu kali duduk, bisa
menyelesaikan empat (4) artikel sekaligus. Saya pikir sudah mulai menurun,
tetapi masih tetap stabil.
Jika dulu dalam satu kali duduk kadang
bisa menghasilkan satu Bab, maka sekarang kadang butuh waktu 2 (dua) pekan
hingga kadang 1 (satu) bulan. Ini perlambatan yang cukup mengkhawatirkan.
Daya menulis memang ditentukan oleh
banyak factor, tetapi setiap selesai bergumul dengan novel, saya selalu
berhasil menemukan gaya baru dalam menulis. Tulisan kadang lebih peka dan
sedikit sensitif.
Tetapi yang paling penting dari itu
semua adalah kestabilan waktu. Kita kadang memang butuh kesunyian, butuh
kesendirian untuk menyelesaikan suatu naskah. Semakin sering gangguan datang,
maka tulisan pasti sulit diselesaikan.
Hal penting lain adalah kita tidak perlu
terlalu pusing dengan tujuan tulisan kita. Maksudnya adalah, jangan ada
pertanyaan; “bisa gak diterbitkan ya”, “Bagus gak isinya ini”, atau “aduhhh,
kenapa gak karuan begini.”
Biasanya perasaan atau cara kita
menghakimi tulisan kita sendiri memberi efek yang kurang baik bagi energi yang
tumbuh. Kita sendiri yang kadang mematikkan kreativitas kita. Belum lagi teman
yang suka komentar “miring”, bahkan yang tidak pernah menulis sekalipun, mereka
paling pandai berkomentar.
Komentar mereka misalnya, “Apa maksud
tulisanmu”, atau “Deh, kau anak hukum, kok nulis novel”, atau dalam pengalaman
saya misalnya, saya seringkali dicemooh karena saya suka menulis politik dan
Islam, bahkan seringkali dibilangi, “kau ini anak hukum, ngapain menulis
politik, bagusnya kuliah di politik”. Atau kadang di belakang kita nyeletuk, “apa
itu, gak jelas pemahaman hukumnya.”
Dear kawan-kawan pemula, tutuplah
telingamu rapat-rapat. Kalian tak bisa menutup mulut orang, apalagi banyak
orang. Tekan terus tombol keyboard-mu.
Sehancur apapun menurutmu gagasan yang
kau keluarkan, ia adalah ide murni. Ia benih yang akan tumbuh, suatu saat akan
menjadi mercusuar. Jangan berhenti, jangan hentikan. Ide-ide murni itu akan
terbang bersama sejarah, ia tak akan mati.
menulislah...
menulislah... menulislah.... dengan itu kau akan abadi.
#salam
lietrasi
thankyuuu kak
BalasHapussama-sama, he..he..he..
Hapus...
Salam literasi..