BACA PUISI. Seorang murid membaca puisi karyanya sendiri setelah bersama teman-temannya melakukan perawatan bunga di halaman sekolahnya, di SDN Borong, Makassar, Ahad, Ahad, 05 Agustus 2018. (ist)
----
Jumat,
10 Agustus 2018
Merawat Tanaman
Sebelum Menulis Puisi
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA).
Inspirasi menulis puisi bisa diperoleh dengan merawat tanaman, mencabuti
rumput-rumput yang tumbuh di pot bunga atau saat menyiram bebungaan di halaman
sekolah. Begitulah proses menemukan ide yang coba diajarkan kepada murid-murid
SDN Borong, Makassar.
Proses
kreatif menulis puisi ini dibimbing oleh fasilitator hak anak, Rusdin Tompo,
yang dikenal juga sebagai penulis. Rusdin, yang namanya masuk dalam buku “Apa
dan Siapa Penyair Indonesia (ASPI)”, terbitan Yayasan Hari Puisi Indonesia
(2017), mengatakan untuk bisa menulis tentang alam dan lingkungan maka
anak-anak perlu didekatkan pada alam.
“Aktivitas
keseharian anak mesti didekatkan pada alam, biar mereka bisa merasakan dan
mengerti seperti apa alam itu,” kata lelaki yang sudah menerbitkan tiga buku
puisi, kepada wartawan, di Makassar, Jumat, 10 Agustus 2018.
Menurutnya,
anak-anak hanya bisa menulis dengan baik tentang tumbuhan hijau, bau tanah,
kupu-kupu atau cericit burung, jika mereka mencermati dan memaknainya secara
langsung. Apalagi bagi anak-anak yang sekolahnya merupakan Sekolah Adiwiyata.
“Menulis
puisi itu perlu ada proses observasi dan praktik langsung sebagai bagian dari
pengalaman yang nanti direfleksikan dalam tulisan,” lanjut Rusdin yang mengadakan
kegiatan pengembangan minat bakat di SDN Borong Makassar, Ahad, 05 Agustus
2018.
Metode
yang digunakan bapak tiga anak itu menggabungkan aktivitas literasi dengan
menyanyi dan bermain. Untuk tetap.mendekatkan anak-anak pada dunia mereka,
Rusdin mengajak anak-anak dampingannya itu menyanyi lagu “Lihat Kebunku” ciptaan
Ibu Sud. Sebuah lagu yang hendak mengingatkan anak-anak untuk menjaga dan
merawat alam yang indah.
Anak-anak
yang tadinya menulis puisi di teras dekat taman, kemudian diajak masuk ke kelas
usai menulis. Mereka lalu membaca puisinya bergantian. Lagi-lagi dengan metode
bermain lempar bola yang terbuat dari gulungan kertas.
Sebagai
proses belajar, mereka kemudian membahas contoh puisi yang sudah dibuat. Lala,
murid kelas 4, menyodorkan puisinya yang berjudul “Bunga Melati” untuk dibahas.
Melalui karya ini Rusdin memperkenalkan beberapa istilah yang lazim digunakan
dalam penulisan puisi, seperti larik, makna harfiah, metafora, personifikasi
dan rima.
Kegiatan
hari ini layaknya persiapan bagi anak-anak sebelum mengikuti lomba dalam rangka
peringatan HUT Kemerdekaan 17 Agustus 2018 nanti. Ketua Panitia lomba tujuh belasan
SDN Borong, Andi Etty Cahyani SPd, mengatakan bahwa kegiatan ini rutin
dilakukan sekolahnya.
“Untuk
tahun ini, temanya yaitu kibarkan semangat muda menyambut kemerdekaan,” tutur Bu Etty, sapaan akrab Andi Etty Cahyani. (fat)