“Betul, dia berbohong
dan dia terpaksa mengakui secara terbuka melalui jumpa pers, karena terdesakmi
dengan hasil penelusuran polisi di lapangan,” jelas Daeng Nappa’.
----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 04 Oktober 2018
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Jadi
Berbohongi Itu Perempuan Aktivis-ka?
“Bissana ada orang
seperti itu di’?” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di
teras rumah Daeng Tompo’ seusai jalan-jalan subuh.
“Apa judulna ini?
Minumki dulu kopita’,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Tidak nontonki’ di
televisi kah?” tanya Daeng Nappa’.
“Tidak, ada apakah?”
jawab Daeng Tompo’ lalu balik bertanya.
“Itu ada aktivis
perempuan yang membuat rekayasa kejadian seolah-olah dia dipukuli tiga orang
laki-laki tidak dikenal sampai muka’na benjol-benjol,” papar Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng
Tompo’.
“Terus dia menemui
tokoh-tokoh nasional, termasuk salah seorang calon presiden, terus banyakmi
orang yang mengutuk kejadian pemukulan itu dan meminta polisi mencari
pelakunya, bahkan calon presiden yang dia datangi juga mengadakan jumpa pers,”
tutur Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng
Tompo’ lagi.
“Terus polisi turun
mencari kebenaran peristiwa itu, tapi setelah ditelusuri, ternyata tidak ada peristiwa
pemukulan atas dirinya,” ungkap Daeng Nappa.
“Jadi berbohongi itu
perempuan aktivis-ka?” tanya Daeng' Tompo’.
“Betul, dia berbohong
dan dia terpaksa mengakui secara terbuka melalui jumpa pers, karena terdesakmi
dengan hasil penelusuran polisi di lapangan,” jelas Daeng Nappa’.
“Bodo’na itu, karena
pastimi ketahuan bohongnu, jengkel semuami orang sama kau, dan pasti diprosesko
lagi di kantor polisi,” ujar Daeng Tompo’.
“Tenangki’ Daeng Tompo’,
minumki dulu kopita’,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum memandangi wajah
Daeng Tompo’ yang agak merah karena marah. (asnawin)
Kamis pagi, 04 Oktober 2018