KORBAN GEMPA. Satu pekan setelah kejadian gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, tepatnya pada Jumat pagi, 05 Oktober 2018, akhirnya diperoleh kepastian bahwa Jalaluddin Mulbar, bersama isterinya, Nurdiana, ditemukan oleh Tim SAR, di reruntuhan Hotel Roa-roa, Palu. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
--------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 05 Oktober 2018
Mengenang Jalaluddin
Mulbar, Humas UNM dan Guru Matematika yang Murah Senyum
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Alumni IKIP
Ujungpandang/UNM)
RAKORNAS KEHUMASAN. Penulis (kedua dari kiri, waktu itu hadir sebagai Humas Kopertis Wilayah IX Sulawesi) bersama Jalaluddin Mulbar (kedua dari kanan, waktu itu Humas UNM) foto bersama beberapa peserta dan pemateri Rakornas Kehumasan Dikti Kemdikbud RI, di Pantai Losari, Makassar. Rakornas Kehumasan Dikti) digelar selama beberapa hari di Hotel Imperial Aryaduta, Makassar. (Dokumentasi Pribadi)
-----------
Saat
terjadi gempa dan tsunami di Palu, Donggala, dan sekitarnya di Provinsi
Sulawesi Tengah, Jumat sore menjelang magrib, 28 September 2018, tentu saja
kita semua sedih, karena pasti banyak orang yang menjadi korban tewas, belum
lagi yang mengalami penderitaan lahir maupun batin maupun psikologis.
Kita
semua tentu akan terus-menerus memantau perkembangan kejadian tersebut, baik
sebagai bentuk simpati dan empati, maupun karena alasan lain, termasuk untuk
mengetahui apakah di antara korban itu ada keluarga, kerabat, atau teman kita.
Ada
beberapa teman dan kerabat yang kebetulan menetap atau bertugas di Palu, dan
tentu saja penulis ingin tahu bagaimana kabar mereka pascagempa dan tsunami,
antara lain Nurdin Rahman (teman sesama alumni SMA Negeri 1 Bulukumba tahun
1986, yang kini menjabat Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Tadulako, Palu), dan Obeth P Benduruk (teman sesama alumni SD Negeri 10 Ela-ela
Bulukumba tahun 1980, yang kini bertugas sebagai perwira tentara di Palu).
Butuh
waktu beberapa hari untuk mendapat kepastian bahwa keduanya (Nurdin Rahman dan
Obeth P Benduruk) selamat dan dalam keadaan baik-baik saja. Alhamdulillah.
Kerabat
lain yang saya dan banyak orang ingin mengetahui kabarnya pascagempa dan
tsunami, yaitu Jalaluddin Mulbar. Hanya beberapa saat setelah terjadi gempa pertama
yang disusul dengan tsunami, nama beliau langsung menjadi pembicaraan, karena
beliau dikabarkan sedang berada di Palu bersama isteri dan keluarganya untuk
menghadiri undangan pesta pernikahan.
Informasi
yang muncul di media sosial Facebook (FB) dan WhatsApp (WA) tentang Jalaluddin
Mulbar, sangat beragam, sehingga banyak pihak yang tetap menunggu kepastian
kondisinya, apakah masih hidup atau turut menjadi korban jiwa.
Satu
pekan setelah kejadian, tepatnya pada Jumat pagi, 05 Oktober 2018, akhirnya
diperoleh kepastian bahwa beliau bersama isterinya, Nurdiana, ditemukan oleh
Tim SAR, di reruntuhan Hotel Roa-roa, Palu. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Guru dan Dosen Matematika
Mengapa
banyak orang yang ingin mengetahui kabar Pak Jalal, sapaan akrab Jalaluddin
Mulbar, dan bukan hanya kerabat dekat dan keluarga besarnya? Karena Jalaluddin
Mulbar termasuk tokoh legendaris di Sulawesi Selatan.
Namanya
sudah mulai dikenal pada tahun 80-an ketika membawakan acara Matematika Dasar
di TVRI Sulsel. Namanya terus-menerus dikenal sebagai guru, dosen, serta
pembina mata pelajaran atau mata kuliah matematika, karena dirinya memang
awalnya mengabdi sebagai guru, kemudian beralih menjadi dosen matematika di
IKIP Ujungpandang (yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Makassar).
Tentu
sudah sangat banyak guru yang lahir dari bimbingannya. Tentu juga banyak juara
lomba mata pelajaran matematika (olimpiade matematika, dan lain-lain) yang
lahir dari hasil bimbingannya. Sebagian dari mereka yang pernah dibimbing,
sudah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan atau pengalamannya bersama almarhum
Jalaluddin Mulbar, melalui media social FB dan WA.
Kepala Humas
Pada
awal 90-an, Jalaluddin Mulbar mendapat amanah sebagai Kepala Humas UNM (waktu
itu masih bernama IKIP Ujungpandang) dan saat itulah kami berkenalan. Beliau
sebagai Kepala Humas UNM dan saya sebagai sebagai wartawan Harian Pedoman
Rakyat yang kebetulan juga alumni Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
(FPOK) IKIP Ujungpandang (sekarang Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM).
Ia
pernah digantikan sebagai Kepala Humas UNM, tetapi beberapa tahun kemudian
dirinya diminta kembali menjadi Kepala Humas UNM, hingga memasuki masa
purnabakti sebagai dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
UNM.
Sebagai
Kepala Humas UNM, Jalaluddin Mulbar tentu saja banyak bergaul dengan wartawan
dan tentu saja namanya pun sering disebut-sebut dalam pemberitaan, baik sebagai
narasumber berita, maupun saat mendampingi pimpinan UNM dalam berbagai
kegiatan.
Pewara Andal
Selain
sebagai Kepala Humas, Jalaluddin Mulbar juga seorang pewara (pembawa acara,
dulu disebut protokol atau MC) yang andal. Dirinya selalu tampil sebagai pewara
dalam berbagai kegiatan di UNM, baik untuk acara-acara resmi seperti wisuda dan
seminar, maupun acara-acara tidak resmi seperti pengajian dan maulid.
“Saya
juga sering diundang untuk memandu acara-acara adat, terutama acara perkawinan
adat Bugis-Makassar,” katanya kepada penulis dalam sebuah kesempatan.
Karena
kepiawaiannya sebagai Humas dan pewara itulah, Jalaluddin Mulbar masih diminta
mengabdi di UNM selama beberapa tahun, meskipun dirinya sudah memasuki masa
purnabakti.
Kultum
Senin-Kamis
Saat
menjabat Kepala Humas UNM, Jalaluddin Mulbar mengusulkan kepada Rektor UNM
(kalau tidak salah waktu itu Prof Idris Arief) untuk mengadakan acara pengajian
atau Kultum (Kuliah tujuh menit) seusai shalat lohor setiap hari Senin dan
Kamis selama bulan Ramadhan. Usul tersebut ternyata langsung disetujui dan
sejak itulah Kultum Senin-Kamis selama Ramadhan di Mushallah Rektorat UNM
terus-menerus diadakan hingga kini.
Murah Senyum
Lalu
apa ciri khas dari seorang Jalaluddin Mulbar? Yang paling berkesan tentu saja
senyumannya. Beliau selalu tersenyum kepada semua orang, termasuk saat mengajar
atau saat menjadi pewara.
Selain
itu, rambutnya selalu rapi. Hampir tidak pernah kita melihatnya dalam kondisi
rambut awut-awutan atau tidak rapi. Ya, beliau selalu merapikan rambutnya dan
juga selalu tersenyum, karena memang beliau murah senyum.
Selamat
jalan Pak Jalal, selamat jalan kakanda, selamat jalan ayahanda, selamat jalan guru,
selamat jalan Humas yang murah senyum. Insya
Allah malaikat pun tersenyum menyambutmu di alam barzakh.
Makassar,
05 Oktober 2018