Apakah
Manik yang memulai “Satu Bahasa”? “Satu Bahasa” itu ternyata dimulai oleh
wartawan yang pada Kongres Bahasa Indonesia Pertama Tahun 1938 memberi prasaran.
M
Tabrani, wartawan tersebut, pada Kongres Bahasa di Solo itu memberi prasaran
berjudul “Mencepatkan Penyebaran Bahasa Indonesia.”
- TD Asmadi -
(Ketua Forum Bahasa Media Massa)
PEDOMAN KARYA
Ahad, 28 Oktober 2018
Siapa
yang Memulai “Satu Bahasa”?
Oleh:
TD Asmadi
(Ketua
Forum Bahasa Media Massa)
Butir
ketiga dari Sumpah Pemuda berbunyi “Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa
Persatuan, Bahasa Indonesia”. Maknanya, bahasa-bahasa lain, bahasa-bahasa dari
daerah, tetap dihargai dan boleh hidup, bahkan perlu dilestarikan. Namun,
mengapa ada lagu berjudul “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa”? Itu kan
berarti, hanya boleh satu bahasa di Indonesia?
Lagu
itu diciptakan oleh Liberty Manik, pemuda kelahiran Sidikalang, Sumatera Utara,
yang bersekolah menengah di Yogyakarta, kemudian kuliah di Universitas Berlin,
Jerman. Ia lulus dengan tesis tentang musik Arab abad pertengahan, dan kemudian
mengajar di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta.
Lagu
tersebut tercipta ketika Indonesia sebagai negara baru, diterpa berbagai
kesulitan dalam negeri, juga tekanan oleh bekas penjajah Belanda yang ingin
bercokol kembali. Lagu diperdengarkan tahun 1947, ketika Manik berusia 23 tahun.
Lagu
tersebut oleh Forum Bahasa Media Massa (FBMM), dijadikan penutup untuk
diskusi-diskusi bahasa yang dilakukan. Semua peserta diskusi berdiri dan
kemudian menyanyikan “Satu Nusa Satu Bangsa”.
Tujuan
FBMM adalah dua baris terakhir lagu tersebut, yaitu “Nusa Bangsa dan Bahasa”,
lalu “Kita Bela Bersama”. Itu yang ingin dicapai, agar semua membela bahasa
nasional kita, bahasa persatuan kita, dan bahasa negara kita. Bukan menjadikan
bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa di negara kita.
Saya
kira itu juga maksud Liberty Manik menciptakan lagu itu, yakni agar Indonesia
bersatu dalam semua unsurnya.
Apakah
Manik yang memulai “Satu Bahasa”? “Satu Bahasa” itu ternyata dimulai oleh
wartawan yang pada Kongres Bahasa Indonesia Pertama Tahun 1938 memberi prasaran.
Wartawan yang tahun 1926 pada Kongres Pemuda I, menyarankan kepada Muhammad
Yamin agar mengubah “Bahasa Melayu” menjadi “Bahasa Indonesia” pada butir
ketiga usul Yamin, yang akan dijadikan putusan kongres.
M
Tabrani, wartawan tersebut, pada Kongres Bahasa di Solo itu memberi prasaran
berjudul “Mencepatkan Penyebaran Bahasa Indonesia.”
Pada
butir kedua—satu dari enam butir prasaran Tabrani—seperti yang dicatat pada
buku “Setengah Abad Bahasa Indonesia” karangan Yusuf Abdullah Puar (Idayus,
Jakarta, 1980), tertulis: 2. Gerakan bahasa Indonesia bukan gerakan merombak,
akan tetapi gerakan menyusun perujudan dari sumpah kita.
a.
Kita bertanah satu, yaitu tanah air Indonesia.
b.
Kita berbangsa satu, yaitu bangsa Indonesia.
c.
Kita berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia.
Bisa
jadi itu yang menjadi motivasi Manik menciptakan lagu “Satu Nusa, Satu Bangsa”
tersebut.
Bagi kita tetap
“Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing.”
Jakarta, 28 Oktober
2018