-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 26 Oktober 2018
Subari
Damopolii, Tokoh Sepuh Muhammadiyah Sulsel
Seusai shalat lohor di
Masjid Subulussalam Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, saya menerima
telepon dari ustadz Dr Achmad AC, salah seorang pengurus harian Muhammadiyah
Makassar.
Beliau mengabarkan
bahwa sebentar lagi akan dilaksanakan pelantikan Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) Khadijah III (Jl Veteran Selatan) Makassar, di Kantor Pimpinan
Daerah Muhammadiyah (PDM) Makassar, Jl Gunung Lompobattang, Makassar, Kamis, 25
Oktober 2018.
Tanpa pikir panjang
karena kebetulan memang sedang tidak ada kegiatan mendesak, saya segera
meluncur ke Kantor Pusdim (sebutan untuk Kantor Muhammadiyah Makassar. Pusdim
adalah singkatan dari Pusat Dakwah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar).
Saat tiba di sana, saya
bertemu beberapa pengurus Muhammadiyah Makassar, antara lain Achmad AC, Chaeruddin
Hakim, dan Muflih Razak. Setelah bercanda dan berbasa-basi, saya bertanya siapa
nama Direktur RSIA Khadijah III yang dilantik.
“Ibu Dokter Suciati
Subari Damopolii,” jawab mereka.
“Berarti Pak Subari
(ayah dari dokter Suciati) juga datang,” kata saya dengan nada tanya.
“Betul. Itu Pak Dokter (maksudnya
dokter Subari Damopolii) duduk di kursi depan,” tunjuk Muflih.
“Kalau begitu saya mau
ketemu beliau. Sudah lama tidak ketemu,” kata saya dan langsung mendatangi
ustadz Subari Damopolii, menyalami, dan memeluknya.
“Kapan datang ustadz?” tanya
saya.
“Sudah dua hari,”
jawabnya
Saya pun menanyakan aktivitasnya
di Kotamobagu, Sulawesi Utara, tempat ia lebih banyak menghabiskan hari tuanya,
setelah puluhan tahun menetap dan beraktivitas di Makassar, baik sebagai dokter
(pensiun sebagai dokter di RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makassar), maupun sebagai
pengurus Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Selama menetap di
Makasar, ustadz Subari selain tidak pernah absen ber-Muhammadiyah, juga pernah
menjabat Direktur RSIA Khadjah III, dan kini anaknya, dokter Suciati Subari
Damopolii yang mendapat amanah menduduki jabatan tersebut.
Selain pernah menjabat
Direktur RSIA Khadijah III, Subari Damopolii juga pernah menjabat Direktur
Akademi Kebidanan (Akbid) Muhammadiyah Makassar, dan Wakil Rektor II
Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Ustadz Subari adalah
tokoh sepuh Muhammadiyah Sulsel. Saat masih kuliah sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) tahun 60-an, dirinya sudah mendapat
amanah sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mamajang, Makassar.
Beliau juga pernah
menjadi pengurus Muhammadiyah Makassar, Muhammadiyah Takalar, hingga pengurus
Muhammadiyah Sulsel.
Di Muhammadiyah Sulsel,
ustadz Subari Damopolii bahkan pernah dua kali mendapat suara terbanyak
pemilihan calon Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, yakni pada Musyawarah
Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Sulsel di Pinrang tahun 1995, dan pada Musywil
Muhammadiyah Sulsel di Takalar tahun 2000.
Tapi ustadz Subari
tidak pernah berambisi menjadi ketua, maka jabatan Ketua Muhammadiyah Sulsel
diserahkan kepada fomatur 13. Pada Musywil Muhammadiyah Sulsel di Pinrang,
jabatan ketua diserahkan kepada (alm) KH Djamaluddin Amien, sedangkan pada
Musywil Muhammadiyah Sulsel di Takalar, jabatan ketua diserahkan kepada KH
Nasruddin Razak.
“Kasi yang lain saja.
Yang penting, kita ikhlas mengurus umat melalui persyarikatan Muhammadiyah,”
kata ustadz Subari.
Sebelum berpisah, kami
foto bersama di halaman Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar, dengan
latar papan nama Muhammadiyah Makassar, Aisyiyah Makassar, dan Organisasi
Otonom Muhammadiyah Tingkat Kota Makassar lainnya.
“Sehatiki’ ustadz,”
kata saya setelah ustadz Subari sudah naik ke mobil bersama anaknya dokter Suciati,
dan menantunya (suami dari dokter Suciati) dan kami pun saling melambaikan
tangan setelah mobilnya melaju. (asnawin)