SEKOLAH DARURAT. Bosowa Peduli yang sejak awal melakukan gerakan misi kemanusiaan membantu korban bencana alam gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, melanjutkan misinya dengan mendirikan empat sekolah darurat, wilayah Kota Palu dan Kabuparen Sigi. (ist)
Kamis, 08 November 2018
Bosowa
Peduli Dirikan Empat Sekolah Darurat di Palu dan Sigi
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Bosowa Peduli yang sejak awal melakukan
gerakan misi kemanusiaan membantu korban bencana alam gempa dan tsunami di
Sulawesi Tengah, melanjutkan misinya dengan mendirikan empat sekolah darurat, wilayah
Kota Palu dan Kabuparen Sigi.
Empat sekolah darurat
ini dibangun di daerah Talise, Marawola, Biromaru, dan Sibedi. Ke-4 sekolah
darurat tersebut menampung sekitar 750 siswa dengan jumlah guru 55 orang.
Sekolah darurat tersebut
menampung siswa dari sekolah yang mengalami kerusakan parah dan tidak layak
lagi dipakai untuk melanjutkan proses belajar mengajar.
Manager Bosowa Peduli,
Marini MIkom, bersama timnya dari Bosowa Peduli telah melakukan survei lokasi
pendirian sekolah darurat dengan kapasitas bantuan tidak hanya berupa tenda
komando, tetapi juga bantuan alat tulis dan bantuan semen untuk perbaikan
sarana sekolah, juga membantu pembuatan toilet di sekitar lokasi sekolah
darurat.
Bantuan sekolah darurat
ini juga didukung dengan tim psikososial dari Universitas Bosowa yang
sebelumnya dan selanjutnya melakukan pendampingan bagi anak didik di Palu dan
Sigi. Pada 16-18 November 2018, Bosowa Peduli juga akan menghadirkan pendongeng
dari Jakarta bersama Bunaya TV untuk memberikan kegiatan-kegiatan pendukung
psikososial bagi anak-anak.
Marini mengemukakan
bahwa Bosowa Peduli masih terus dapat membantu memenuhi kebutuhan dan memberi
kontribusi bagi warga Sulteng yang membutuhkan.
“Setelah memberikan
bantuan logistik, medis, psikososial, kali ini kami memang fokus untuk
pembangunan sekolah darurat, karena kami melihat bahwa pendidikan harus tetap
dijalankan sebelum sekolah yang mereka gunakan sebelumnya diperbaiki, melihat
sektor pendidikan bagi anak sangat dibutuhkan,” kata Marini.
Hal tersebut juga
diungkapkan Ibu Nana selaku Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dengan
mengatakan bahwa selama ini kegiatan belajar mengajar memang sangat terhambat.
“Sarana kami yang tidak
memungkinkan. Sehari setelah tenda Bosowa Peduli diberikan, kami langsung
melanjutkan prosesi belajar,” papar Nana. (asnawin)