“Penasaranga’
kurasa ini Pilpres-ka,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi
di teras rumah Daeng Nappa’.
“Apana
seng yang bikin penasaranki’?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Kenapa
dua pasangji Capres-cawapres, padahal banyak sekali parpol dan banyak sekali orang-orang
hebat di negara-ta’?” tanya Daeng Nappa’. (ist)
---------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 04 November 2018
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Kenapa
Dua Pasangji Capres-cawapres?
“Penasaranga’
kurasa ini Pilpres-ka,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi
di teras rumah Daeng Nappa’.
“Apana
seng yang bikin penasaranki’?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Kenapa
dua pasangji Capres-cawapres, padahal banyak sekali parpol dan banyak sekali orang-orang
hebat di negara-ta’?” tanya Daeng Nappa’.
“Oh,
iyo tawwa. Seharusnya minimal empat pasang Capres-cawapres,” timpal Daeng Tompo’.
“Penasaranki’
juga to?” tanya Daeng Nappa’.
“Berarti
ada yang salah dalam politik kebangsaan kita,” kata Daeng Tompo’.
“Deh,
hebatna seng istilahta’, politik kebangsaan,” kata Daeng Nappa’ sambil
tersenyum.
“Kebetulanji
pernah kubaca di majalah,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa dan keduanya pun
tertawa-tawa. (asnawin)
Ahad
pagi, 05 November 2018