“Kenapa itu kita’, suka’
sekaliki’ pulang kampung. Dan kalau pulang kampung, suka sekaliki’ bermalam,
bahkan kadang-kadang sampai beberapa hari di kampung?” tanya Daeng Nappa’
kepada Daeng Tompo’ saat ngopi sore di teras rumah Daeng Tompo’.
“Saya suka suasana
kampung, terutama di daerah perkebunan dan persawahan,” ungkap Daeng Tompo’. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
PEDOMAN KARYA
Jumat, 02 November 2018
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Kenapa
Suka’ Sekaliki’ Pulang Kampung?
“Kenapa itu kita’, suka’
sekaliki’ pulang kampung. Dan kalau pulang kampung, suka sekaliki’ bermalam,
bahkan kadang-kadang sampai beberapa hari di kampung?” tanya Daeng Nappa’
kepada Daeng Tompo’ saat ngopi sore di teras rumah Daeng Tompo’.
“Saya suka suasana
kampung, terutama di daerah perkebunan dan persawahan,” ungkap Daeng Tompo’.
“Oh, begitu,” gumam
Daeng Nappa’.
“Saya suka kalau
malam-malam mendengarkan suara jengkrik dan suara binatang lain. Subuh
dibangunkan suara kokok ayam,” tutur Daeng Tompo’.
“Oh, begitu,” gumam
Daeng Nappa’.
“Saya suka
kumpul-kumpul dan ngobrol-ngobrol sambil ngopi dan biasanya ada pisang goreng,
bersama orang-orang kampung, terutama pada sore atau malam hari, setelah mereka
pulang dari sawah atau dari kebun,” tutur Daeng Tompo’.
“Oh, begitu,” gumam
Daeng Nappa’.
“Oh begitu, oh begitu.
Tidak adakah itu kata-kata lain?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Kalau suasana di kota
bagaimana?” tanya Daeng Nappa’ seolah baru sadar dari lamunannya.
“Kalau di kota, kita
setiap hari diperhadapkan suasana macet dan juga sering terganggu aksi unjuk
rasa mahasiswa di jalan raya,” kata Daeng Tompo’.
“Oh, begitu,” gumam
Daeng Nappa’.
“Oh begitumiseng.
Mengantukki’ itu kita’ barangkali. Minumki dulu kopita’,” kata Daeng Tompo’
sambil tertawa, sementara Daeng Nappa’ hanya tersenyum lalu menyeruput kopi
pahitnya. (asnawin)
Kamis sore, 01 November
2018