“Itumi juga kubilang. Jadi kutanyaki’ lagi, bilang dimana itu ada fakultas kopi, nabilang presiden yang mengusulkan supaya dibentuk fakultas kopi, karena di negara kita ada jutaan hektar kebun kopi. Nabilang kemenakanku’, presiden juga mengusulkan dibentuk fakultas kelapa sawit, karena di negara ada belasan juta hektar kebun kelapa sawit,” tutur Daeng Tompo’.
--------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 23 November 2018
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Mauka’
Kuliah di Fakultas Kopi
“Dari manaki’ tadi
malam?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat jalan-jalan pagi seusai
shalat subuh berjamaah di masjid.
“Datanga’ di rumahnya
adekku’,” jawab Daeng Tompo’.
“Acara apa belah?”
tanya Daeng Nappa’ lagi.
“Tidak adaji acara.
Jalan-jalanja’. Sampaika’ di sana, kutanyaki itu kemenakanku’ yang masih
sekolah di SMA, bilang dimanaki nanti mau kuliah, terus najawabki mauka’ kuliah
di fakultas kopi,” ungkap Daeng Tompo’.
“Sembarangtong itu kemenakanta’.
Mana ada fakultas kopi,” tukas Daeng Nappa’.
“Itumi juga kubilang.
Jadi kutanyaki’ lagi, bilang dimana itu ada fakultas kopi, nabilang presiden
yang mengusulkan supaya dibentuk fakultas kopi, karena di negara kita ada
jutaan hektar kebun kopi. Nabilang kemenakanku’, presiden juga mengusulkan
dibentuk fakultas kelapa sawit, karena di negarata' ada belasan juta hektar kebun
kelapa sawit,” tutur Daeng Tompo’.
“Ah, sembarangtong itu
presidenta’. Mudah-mudahan tidak napaksakanji lagi pembentukan fakultas kopi
dan fakultas kelapa sawit,” kata Daeng Nappa’.
“Belum tentu sembarang
tawwa. Siapa tau ada memang tawwa tim ahlina yang sudah kaji plus-minusnya
pembentukan fakultas kopi dan fakultas kelapa sawit,” kata Daeng Tompo’.
“Kalau begitu
sekalianmi bikin fakultas teh dan fakultas padi. Yang jelas, tidak masuk di
akalku’,” kata Daeng Nappa’.
“Tapi masih warasjaki’
to?” tanya Daeng Tompo’ sambil tertawa.
“Ya, waraslah,” kata
Daeng Nappa’ juga sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Jumat, 23 November 2018