“Ingat, tidak semua orang yang mau kuliah itu, mampu membayar dengan bayaran tinggi. Saya yakin, banyak yang mau kuliah di STIEM Bongaya, tapi tidak semua mereka dari golongan orang mampu. Kasihan kalau hanya karena bayaran yang terlalu tinggi, lalu mereka tidak jadi kuliah.”
- Idris Arief -
(Pendiri STIEM Bongaya)
----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 10 November 2018
Sabtu, 10 November 2018
Mengenang Idris Arief di Hari Pahlawan
Hari ini, 10 November, kita kembali memperingati Hari Pahlawan. Mari kita berdoa, semoga arwah para pahlawan bangsa, pahlawan yang telah berjuang hingga titik darah penghabisan demi merebut atau menjaga kemerdekaan bangsa, tenang di alam barzakh.
Semoga pengorbanan mereka dibalas dengan surga oleh Allah SWT. Semoga keluarga yang ditinggalkan dan kita semua rakyat Indonesia, mewarisi jiwa kepahlawanan mereka.
Sekarang kita sudah merdeka, masih adakah pahlawan?
Tentu!
Kita semua bisa jadi pahlawan.
Beberapa tahun silam, saya berbincang-bincang dengan (alm) Prof Idris Arief. Beliau waktu itu, baru saja menyelesaikan tugasnya selama dua periode sebagai Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM, sebelumnya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan/IKIP Ujungpandang).
Kami berbincang-bincang di ruang kerjanya sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Bongaya Ujung Pandang, yang menaungi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM) Bongaya.
Salah satu yang saya tanyakan kepada beliau, yaitu mengapa pembayaran SPP di STIEM Bongaya tidak tinggi, bahkan tergolong rendah untuk ukuran perguruan tinggi yang peminatnya cukup besar.
Mendengar pertanyaan saya, beliau hanya tersenyum dan menjawab dengan ringan.
“Ingat, tidak semua orang yang mau kuliah itu, mampu membayar dengan bayaran tinggi. Saya yakin, banyak yang mau kuliah di STIEM Bongaya, tapi tidak semua mereka dari golongan orang mampu. Kasihan kalau hanya karena bayaran yang terlalu tinggi, lalu mereka tidak jadi kuliah,” begitulah kurang lebih jawaban beliau ketika itu.
Selain melalui kebijakan seperti itu, Idris Arief juga banyak membantu secara pribadi kepada mahasiswa yang terdesak harus membayar SPP dan sebagainya, tapi tidak punya uang atau uangnya tidak cukup.
Saya tahu itu setelah berbincang-bincang dengan sejumlah dosen dan pegawai/karyawan di UNM dan di STIEM Bongaya.
“Banyak Pak. Banyak mahasiswa yang beliau bantu, tapi tidak banyak yang tahu, karena kalau banyak yang tahu, pasti banyak mahasiswa yang datang minta tolong. Saya tahu karena saya lama mendampingi beliau sebagai staf pegawai,” ungkap salah seorang pegawai negeri sipil di UNM.
Memang tidak besar gaungnya dan juga tidak banyak yang tahu, tetapi begitulah seharusnya seorang pahlawan. Perjuangan dan pengorbanannya tidak perlu diketahui orang banyak, tetapi hasil perjuangan dan hasil pengorbanannya, dinikmati oleh orang banyak.
Saya yakin, Idris Arief hanya salah seorang di antara sekian banyak orang yang berani dan ikhlas berkorban untuk kebaikan dan kepentingan orang banyak. Semoga amal ibadahnya diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Aamiinnn... (asnawin aminuddin)