“Kalau saya kasiki’
uang sebagai sponsor untuk menggelar acara apel dan perkemahan pemuda misalnya.
Terus acara itu berlangsung sukses, aman, dan lancar, jadi saya ucapkan terima
kasih dan memberikan apresiasi,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng
Tompo’.
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 25 November 2018
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Tidak
Logis itu Kasusna Bos
“Mauka tanyakki’ ini,”
kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat berjalan beriringan seusai shalat
lohor berjamaah di masjid.
“Silakan, asal jangan
matematika,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Bukanji,” kata Daeng
Nappa’ juga sambil tersenyum.
“Oke, apa
pertanyaanta’?” tanya Daeng Tompo’.
“Kalau saya kasiki’
uang sebagai sponsor untuk menggelar acara apel dan perkemahan pemuda misalnya.
Terus acara itu berlangsung sukses, aman, dan lancar, jadi saya ucapkan terima
kasih dan memberikan apresiasi,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng
Tompo’.
“Tapi satu tahun
kemudian ada yang melapor ke polisi bahwa kita’ sebagai pelaksana kegiatan apel
dan perkemahan pemuda diduga melakukan penyimpangan penggunaan dana,” papar
Daeng Nappa’.
“Tunggu dulu. Kita’
yang kasika’ uang untuk bikin kegiatan apel dan perkemahan pemuda. Acaranya
kemudian berlangsung sukses, aman, dan lancar. Berarti selesaimi persoalanna,
apalagi kita’ sudah mengucapkan terima kasih dan penghargaan,” kata Daeng
Tompo’.
“Betul,” tukas Daeng
Nappa’.
“Terus kenapa tiba-tiba
ada orang yang melapor ke polisi bahwa saya melakukan penyimpangan dana. Kalau
memang ada, kenapa bukan kita’ selaku pemberi dana yang mempersoalkan. Saya kan
tidak minta dan acaranya sudah selesai?” tutur Daeng Tompo dengan nada tanya.
“Nah, itumi yang mau
kutanyakanki’,” tukas Daeng Nappa’.
“Tidak logis itu
kasusna bos,” kata Daeng Tompo’.
“Tapi ini contohji.
Janganmaki’ marah,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum, tapi Daeng Tompo’ tetap
tampak tegang. (asnawin)
Ahad,
25 November 2018