PUISI ESAI. Anggota DPRD Provinsi Sulsel dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sri Rahmi, meluncurkan buku Puisi Esai “Mawar Merah di Tapak Tauhid”, di Makassar, Senin, 31 Desember 2018. (ist)
------
Rabu, 02 Januari 2019
Anggota DPRD Sulsel Luncurkan Buku Puisi Esai
Sri
Rahmi: Saya Bertekad Menulis Satu Buku Setiap Tahun
Rusdin
Tompo: Sri Rahmi Mengindentikkan Dirinya Mawar Merah
Abu
Umar: Menginspirasi untuk Membaca Sejarah Kemajuan Islam
Muhammad
Amir Jaya: Sri Rahmi adalah Penyair Muslim Perempuan di Sulsel
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulsel dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sri
Rahmi, meluncurkan buku Puisi Esai “Mawar Merah di Tapak Tauhid”, di Makassar,
Senin, 31 Desember 2018.
“Buku ini memang
diniatkan diluncurkan tahun ini, karena tekad saya setiap tahun ada satu buku
yang saya tulis sendiri,” kata Sri Rahmi mengawali acara bincang buku yang
dipandu oleh Anwar Faruq, Ketua PKS Kota Makaasar.
Buku puisi esai ini,
menurut perempuan yang akrab disapa Bunda Sri Rahmi itu, merekam perjalanan
spiritualnya ke Mesir, Yordania, dan Palestina.
Sri Rahmi mengaku tak
mau hanya melewatkan perjalanannya hanya sebatas kenangan akan keindahan, tapi ia
juga mau membagi kisahnya itu sebagai inspirasi bagi setiap orang untuk mau
menulis. Apalagi dalam bentuk puisi esai yang masih kontroversi.
“Saya tertantang
menulis dalam bentuk puisi esai, justru karena kontroversinya. Dan ternyata ada
sesuatu yang berbeda, karena selain kontempelatif juga informatif lantaran ada
catatan kakinya,” jelas perempuan yang juga pernah ditantang maju sebagai Calon
Walikota Makassar.
Buku “Mawar Merah di
Tapak Tauhid” merupakan buku puisi tunggal keduanya. Pada tahun 2017, ia
menerbitkan buku “Perempuan yang Keluar dari Mihrab”. Buku “Mawar Merah di
Tapak Tauhid” merupakan buku antologi puisi tunggal pertama di Sulsel yang
bergenre puisi esai. Sebelumnya, ada buku antologi bersama puisi esai yang
ditulis oleh Prof Ahmad Sewang, Fahmi Syarif, Idwar Anwar, Anis Kaba, dan
Rusdin Tompo.
Rusdin Tompo sebagai
penyelaras atau editor buku memberi alasan mengapa diberi judul buku seperti
itu. Katanya, karena penulisnya sering mengindentikkan dirinya dengan mawar
merah. Kebetulan juga Kota Petra yang dikunjunginya, memang berjuluk The City
of Red Rose (Kota Mawar Merah). Sementara tauhid itu adalah esensi dari
perjalanan atau trip yang dilakukan.
“Karena itu mengapa di
sampul buku ditulis prophetic traveler
sebagai penanda bahwa ini perjalanan spiritualitas berkaitan dengan penguatan
aqidah,” kata Rusdin, penulis dan penyair, yang akrab dengan dunia advokasi
anak.
Menurut Rusdin, istilah
prophetic traveler merupakan istilah
baru yang dia perkenalkan dalam pengantar buku ini.
Sementara Abu Umar,
pengusaha travel yang hadir sebagai pembicara, mengapresiasi buku ini karena
baru pertama kali ada buku perjalanan ke kota-kota yang lekat dengan sejarah
Islam yang dibukukan. Apalagi dalam bentuk puisi esai.
Menurut Abu Umar, buku
Sri Rahmi memuat beberapa tema besar, yakni narasi tentang tauhid, tema jihad
dan pembebasan, yang dalam Islam ditempatkan dalam ruang yang khusus, sebagai
panggilan sangat suci tapi sekarang jadi momok terkait terorisme.
Juga tema tentang
pemimpin yang punya kemampuan berbicara pada alam, apalagi ketika negara
diterpa banyak musibah gempa bumi dan tsunami. Selain itu, tema penaklukan
tanpa pertumpahan darah, dan tema tentang ciri Islam yang selalu mengedepankan
membangun peradaban.
“Buku Sri Rahmi
menginspirasi kita untuk kembali membaca sejarah kemajuan Islam,” kata Abu Umar
yang datang jauh-jauh dari Lampung untuk berbagi pandangannya.
Muhammad Amir Jaya,
yang juga tampil sebagai pembicara menyebut Bunda Rahmi melakukan perjalanan
syariat, perjalanan ilahiah dan batin, yang kemudian melahirkan buku “Mawar
Merah di Tapak Tauhid.”
“Boleh dikata Bunda Rahmi
merupakan penyair muslim perempuan di Sulsel,” kata Amir Jaya yang kerap
menulis puisi-puisi bernapaskan Islam.
Bahar Merdu, penyair
dan pemain teater menyebut proyeksi di tahun 2019 nanti diharapkan muncul
puisi-puisi dengan beragam tema. Katanya, ke depan puisi- puisi juga mesti
menyasar aspek ideologis tak hanya bicara tentang kebutuhan-kebutuhan biologis.
Yang menarik dalam
acara ini hadir beberapa anak dampingan Rusdin Tompo di SD Negeri Borong.
Mereka membaca puisi dan bernyanyi. Lala dan Karina membaca puisi “Darah Suci
di Tanah Suci” karya Sri Rahmi, sedangkan Adel membawakan lagu Maulana, dari
penyanyi Sabyan.
Hadir dalam acara ini
antara lain Yudhistira Sukatanya, Bahar Merdu, Goenawan Monoharto, Luna Vidya,
DianSi, Dr Sakka Pati, Fadiah Machmud, Ida Rustam, dan Maysir Yulanwar. (win)