“Nabilang begitumi gambaranna parpol yang mendukung calon gubernur, calon walikota, atau calon bupati yang maju lewat jalur independen. Mobilna disewa, tapi tidak dinaikiji. Istilahna lari kosongi,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum. (int)
---
PEDOMAN KARYA
Jumat, 11 Januari 2019
Obrolan Daeng Tompo’
dan Daeng Nappa’:
Istilahna
Lari Kosongi
“Dari manaki’ itu, kenapa keringatki’?” tanya
Daeng Tompo’ saat Daeng Nappa’ tiba di warkop terminal, termpat keduanya
janjian ketemu untuk ngopi siang.
“Sama-samaka’ tadi
Daeng Ngiri’, itu yang mantan anggota dewan. Ikutka’ di mobilna, jadi nakasi’
turunga’ di pintu gerbang terminal,” kata Daeng Nappa’.
“Apa ini yang jadi
bahan pembicaraanta’ sama Daeng Ngiri’?” tanya Daeng Tompo.
“Natanyakka’ Daeng
Ngiri’, nabilang pernahki liat ada rombongan orang jalan kaki, terus di
belakang rombongan pejalan kaki itu ada beberapa bus besar mengekor, padahal
bus-bus besar itu disewa?” ungkap Daeng Nappa’ menirukan ucapan Daeng Ngiri’.
“Untuk apa itu bus
disewa, tapi tidak dinaikiji?” tanya Daeng Tompo’.
“Itumi juga
kutanyakangi Daeng Ngiri,” kata Daeng Nappa’.
“Jadi apa jawabanna?”
tanya Daeng Tompo’.
“Nabilang begitumi
gambaranna parpol yang mendukung calon gubernur, calon walikota, atau calon
bupati yang maju lewat jalur independen. Mobilna disewa, tapi tidak dinaikiji.
Istilahna lari kosongi,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.
“Cocoki tawwa, lari kosongi,”
ujar Daeng Tompo’ lalu tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Kamis, 11 Januari 2018