SUPER DEKAT. Ketua YLPSS Dahlan Abubakar (kiri) foto bersama Ketua PWI Pusat Atal S Depari, di Gedung PWI Pusat, Jakarta, Rabu, 16 Januari 2019. (Swafoto Dahlan Abubakar)
--------------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 19 Januari 2019
Kedekatan
Dahlan Abubakar dengan Ketua PWI Pusat
Pengantar:
Berita ini adalah sambungan dari berita
berjudul: "PWI Pusat: Keberadaan YLPSS di Sulsel Sudah Klir, Tidak Ada
Masalah" (http://www.pedomankarya.co.id/2019/01/pwi-pusat-keberadaan-ylpss-di-sulsel.html). Jika pada bagian pertama Dahlan Abubakar menceritakan klarifikasi keberadaan Yayasan Lembaga Pers Sulawesi Selatan (YLPSS) yang dipimpinnya kepada Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat Sasongko Tedjo, maka pada bagian kedua ini ia menceritakan kedekatannya dengan Atal S Depari yang kini menjabat Ketua PWI Pusat
------------
Saya menunggu kedatangan
Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari yang diinformasikan sedang di jalan. Saya
menengok lonceng sudah menunjuk pukul 13.30 WIB. Saya masih harus ke Atrium
untuk membeli asesoris mobil. Saya pun bangkit dan memberitahu Ibu Elly untuk
pamit dan menanyakan meja Ibu Taty.
Saya pun keluar dari
ruangan Ibu Elly dan menuju ruang kerja Ibu Taty untuk mohon pamit. Setelah
berbasa-basi sejenak, saya bangkit dan menuju ke dekat lift. Ternyata Atal
sudah menyambut saya di pintu keluar ruang kerja Ibu Taty, Mungkin Ibu Elly
yang memberitahu, kalau saya sedang mencarinya, sehingga dia pergi mencari ke
ruang sebelah.
Atal pun menggandeng
tangan saya ke ruang kerjanya yang tidak terlalu luas. Di depan ruang kerjanya,
beberapa puluh menit sebelumnya saya makan siang nasi dos dengan Pak Marah
Sakti yang akan memeriksa naskah lomba Adinegoro bersama anggota tim juri
lainnya. Pemenangnya ini akan diumumkan di Hari Pers Nasional (HPN) Februari
2019 di Surabaya, Jawa Timur.
Atal saya kenal sejak
tahun 1982 ketika kami bersama belasan wartawan Indonesia lainnya meliput Asian
Games IX India di New Delhi. Ketika itu, selain menjadi wartawan Harian
“Pedoman Rakyat” (yang mengirim saya ke India), juga membantu Harian Suara
Karya Jakarta -- tempat Atal bekerja ketika itu – sebagai koresponden di
Sulawesi Selatan. Dari Ujungpandang selain saya, juga ada Pak Syamsuddin
Palussai (alm) dari Mingguan “Bina Baru”.
Tiba di New Delhi, Atal
menyampaikan kepada saya agar sekamar saja. Sekalian bisa koordinasi berkaitan
dengan pengiriman (via teleks – pengiriman naskah jarak jauh melalui pesawat
sejenis mesin tik yang dihubungkan dengan kabel atau satelit) berita
serba-serbi “Asian Games” IX yang harus saya kirim.
Atal spesialisasi
menulis berita mengenai hasil pertandingan. Kami juga sama-sama ke Taj Mahal
dengan perjalanan yang sangat membosankan, karena kendaraan tua yang kami
carter tidak mampu (boleh) bergerak di atas 60 km per jam.
Pada saat kembali ke
Tanah Air, setelah menginap semalam di Bombay dan menjadi turis di kota itu,
kami mendarat di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Karena hari sudah malam,
Atal mengajak saya menginap di rumahnya, di samping Taman Ismail Marzuki (TIM).
Keesokan harinya, saya baru terbang ke Ujungpandang.
Ketika berlangsung
Kejuaraan Nasional Bulutangkis di Ujungpandang 1984, Atal juga meliput. Suatu
hari, saya mengajak Atal makan siang ikan bakar di pondok kontrakan Jl. Kandea,
bersama Hendry Ch Bangun (Kompas), dan Hernawan (Harian “Pikiran Rakyat”
Bandung) yang juga termasuk rombongan wartawan Indonesia peliput Asian Games IX
India 1982.
Jadi, saya dengan Atal
boleh dikatakan super dekat. Saat bercerita di ruang kerjanya, tiba-tiba
istrinya muncul dan langsung memperkenalkan saya kepadanya.
“Ma.., ini temanku yang
sama-sama ke India dan dan mampir nginap di rumah dulu,” kata Atal.
“Oh..iya ingat,” kata
istrinya.
“Iya, Bu,” kata saya
kemudian bangkit dan menyalaminya.
Setelah istrinya pergi,
saya berbincang-bincang dengan Atal tentang banyak hal. Termasuk berkaitan
dengan masalah yayasan yang intinya sudah saya jelaskan pada Pak Sasongko. Atal
juga menyinggung masalah organisasi wartawan online JOIN, yang juga disinggung
Pak Sasongko. Saya sudah jelaskan semuanya seperti yang disampaikan ke Pak
Sasongko.
Saya juga menyinggung
persoalan program kerja PWI Pusat di bawah kepemimpinannya, terutama berkaitan
dengan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain. Misalnya saja, dengan BKKBN
Pusat sebagaimana hampir 30 tahun silam berkaitan dengan kegiatan sosialisasi
program kependudukan dan keluarga berencana yang beberapa tahun terakhir ini
seakan-akan kurang mendapat perhatian pemerintah.
Sementara Indonesia
dihadapkan pada masalah ledakan penduduk dengan Bonus Demografi tahun 2030,
saat 70% penduduk Indonesia berada pada usia produktif, tetapi belum tentu
produktif (karena ada yang tidak bekerja). Saya berpikir, bagaimana para
wartawan ikut ambil bagian dalam menggaungkan program pengendalian penduduk.
Tags
Aneka
Persahabatan yang tetap terjaga hingga hari ini. Semoga tetap langgeng hingga akhir hayat dari kedua kakak seniorku ini : Bang Dahlan (M Dahlan Abubakar dan Bang Atal (Atal Depari) Salam dari Nurterbit
BalasHapus