“Jadi mau betulki’ mati
ditembak?” tanya Daeng Nappa’.
“Mau sekali, tapi mati
ditembak di dalam mesjid pada hari Jumat menjelang atau saat melaksanakan
shalat Jumat, seperti yang terjadi di Selandia Baru hari Jumat lalu,” tutur
Daeng Tompo’.
---------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 20 Maret 2019
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Cemburuku’
Kurasa Sama Orang yang Mati Ditembaka
“Cemburuku’ kurasa sama
orang yang mati ditembaka,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi
sore di warkop terminal seusai shalat ashar berjamaah di masjid.
“Ah, sembarang tong itu
kita’,” kata Daeng Nappa’.
“Betulka’,” kata Daeng
Tompo’.
“Jadi mau betulki’ mati
ditembak?” tanya Daeng Nappa’.
“Mau sekali, tapi mati
ditembak di dalam mesjid pada hari Jumat menjelang atau saat melaksanakan
shalat Jumat, seperti yang terjadi di Selandia Baru hari Jumat lalu,” tutur
Daeng Tompo’.
“Apa yang bikin cemburuki’?”
tanya Daeng Nappa’.
“Karena mereka
meninggal dunia pada hari Jumat dan ketika sedang beribadah di dalam mesjid,”
kata Daeng Tompo’.
“Oh begitu,” gumam
Daeng Nappa’.
“Kita’ liatmi juga
video dan foto-foto yang beredar di medsos. Mereka yang tewas di tembak di
dalam mesjid itu, rata-rata tersenyum, seolah-olah bahagia sekali menjemput
kematiannya,” kata Daeng Tompo’.
“Betul tawwa, tersenyum
semuaki tawwa dalam kematiannya,” timpal Daeng Nappa’.
“Itumi yang bikin
cemburuka’,” kata Daeng Tompo’.
“Tapi janganmaki’ dulu
mati sekarang, nanti-nantipi nah,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum dan
memaksa Daeng Tompo’ juga ikut tersenyum. (asnawin)
Rabu, 20 Maret 2019