Penulis M Dahlan Abubakar (kiri) saat mewawancarai bintang penyanyi cilik Indonesia era pertengahan tahun 70-an, Chicha Koeswoyo, di bilangan Kecamatan Makas(s)ar, Jakarta Timur, Sabtu sore, 16 Maret 2019. (ist)
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 18 Maret 2019
Chicha
Koeswoyo Tinggalkan Zona Nyaman
Sabtu sore, 16 Maret
2019, saya memperoleh kesempatan berharga bertemu dengan bintang penyanyi cilik
Indonesia era pertengahan tahun 70-an, Chicha Koeswoyo. Saya bertemu dengannya di
salah satu rumah inspirasi di bilangan Kecamatan Makas(s)ar, Jakarta Timur.
Saya tidak sendiri
bertemu dengan anak pertama pasangan Nomo Koeswoyo – Fatimah Fransisca ini. Ada
Dr H Tammassa Balla MHum, dan Afrial, salah seorang anggota Badan Pengurus
Pusat (BPP) Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan di Jakarta yang menghubungkan
kami (saya dengan Tammasse) bertemu penyanyi kelahiran 1 Mei 1968.
Lama juga, 50 tahun,
Chicha tetap bergerak pada kariernya sebagai penyanyi. Tiba-tiba pada tahun
2018, Juli waktu itu, dia diundang ke Istana Presiden oleh Presiden Joko
Widodo.
“Saya ini, awalnya
masih abu-abu. Setiap hari merenung. Banyak orang yang selalu bermasalah ketika
terjun ke politik. Begitu menjadi anggota legislatif, lupa. Begitu kan?” kata
Chicha yang punya nama asli Mirza Riadiani ini.
Dia menilai, isinya
sekitar 80% berisi para “bajingan” yang melenceng dari niat menjadi membawa
kebaikan bagi negara ini. Tiba-tiba, entah bagaimana Chicha tergerak untuk
menerjunkan diri ke dalam dunia yang selalu saja ingar-bingar ini.
Dia pun minta izin pada
suaminya, Andi Indra Kesuma, pria Bugis Bone yang menikahinya 24 Oktober 1998.
Chicha terjun ke kancah
politik bukan sekadar memenuhi kuota perempuan (30%), melainkan dia hadir ingin
membawa perubahan, terutama bagi kaumnya. Dia bukan perempuan sembarangan.
Wanita yang mualaf
tahun 1985 ini pernah mengecap pendidikan di negara yang paling bergengsi,
Australia dan Singapura, juga Amerika Serikat. Dia sebenarnya sudah bisa hidup
mapan dengan menjadi karyawan salah satu bank.
Setelah berpikir dan
memutuskan melalui salat tahajud, Chicha pun memutuskan terjun ke ranah politik
mulai tahun 2019.
“Chicha apa yang kau
bisa perbuat untuk masyarakat yang telah membesarkanmu,” demikian yang
terngiang di dalam benaknya begitu memutuskan pilihan yang tidak mudah ini.
Banyak orang yang rada
tidak setuju dengan pilihan Chicha.
“Ngapain kau masuk ke sana. Kau sudah berada di zona nyaman dengan
anak-anakmu (Andi Rahmat Aqil Kesuma dan Andi Kinaya Putri). Terus mau apa?”
kata orang-orang.
Pas, setelah merayakan
usia setengah abad (2018), Chicha berpikir, “Saya gunakan sisa hidup ini buat
apa? Apakah tidak berbakti buat sesama?”
Akhirnya, dia pun
menyampaikan kepada suaminya, “Mas, sudah bulat”. Anak-anaknya pun maklum dan
berkata, “Benar, ya, Bunda janji. Ubah yang 80% itu lebih banyak yang pakai
hati dari pada yang pakai kursi”. Anak-anak Chicha sudah cukup paham tentang
situasi sosial politik.
Dia mengatakan, selama
tiga puluhan tahun sebelum memasuki hidup berumah tangga tidak pernah
berkecimpung apa-apa. Ya, kecuali menjadi karyawan salah satu bank di Jakarta.
“Kita pada tanya-tanya,
ke mana gerangan Chicha selama ini?” tanya saya seolah kompak dengan Pak
Tammasse.
“Diambil orang Bugis ji. Diambil oleh orang Bone ji. Ada ji,” jawab Chicha dengan logat khas Makassar.
Chicha Koeswoyo
akhirnya mengendarai PDIP untuk menjadi
salah seorang legislator pada Dapil DKI Jakarta. Dia mengatakan, banyak yang
menilai Daerah Pemilihan (Dapil) Chicha dianggap sebagai “dapil neraka”. Namun
dia menolak penilaian tersebut.
“Kalau niatnya tidak
baik, jelas ke neraka. Tetapi kalau niatnya baik ya Insha Allah,” ujar Chicha
usai kami salat berjamaah .
Dalam melaksanakan
kegiatan prapemilihan legislatif ini, Chicha membuat warga di sekitarnya dalam
situasi dan kondisi “happy”. Apalagi, sebagai mantan penyanyi cilik, dia sangat
peduli anak dan perempuan.
Chicha kemudian
bercerita tentang Makassar, asal suaminya.
“Enak banget di
Makassar itu,” katanya.
“Kapan mau ke Makassar?”
potong Pak Tammasse.
“Mau..mau...,”
jawabnya.
“Nanti dikabari,”
sambung saya dan Pak Tammasse,
“Nanti dikabari,” sahut
Chicha.
Kasih
Nama Sendiri
Nama asli Chicha
sebenarnya Mirza Riadiani. Namun yang kondang justru Chicha. Bagaimana
kisah pergantian perubahan nama tersebut, Chicha pun bercerita.
Waktu berumur satu tahun, saat ulang
tahun bersama dengan kakek nenek, kumpul keluarga, ada Tony Koeswoyo, Pak
De-nya, Chicha dipanggil dengan nama “Mirza..Mirza..”. Mendengar panggilan itu,
Chicha bergeming. Dia tidak merespon.
“He..dok, Mirza,” kata neneknya dan
Chicha pun tetap tidak mau memenuhi panggilan tersebut.
“Chicha..Chicha,” kata Chicha yang
mengaku tidak bisa menyebut huruf /r/. Dia lebih mudah menyebut “Chicha”.
Seperti sekarang.
“Kok jadi Chicha, ya?” Chicha
kembali bertanya.
“Lho, kamu sendiri yang bikin. Kamu
dipanggil Mirza tidak mau ‘nengok’,” Chicha mengenang.
Chicha merupakan anak tertua
dari Nomo Koeswoyo, anggota grup Koes Bersaudara dengan
istrinya Fatimah Francisca. Ia memiliki dua adik yaitu Hellen Koeswoyo dan Reza
Wicaksono Koeswoyo.
Dia belajar di SD “Ora et Labora”
Blok M Kebayoran Baru, Jakarta. Selepas SMP ia melanjutkan pendidikan ke SMA Yayasan Perguruan Islam
Al-Azhar Kebayoran baru, Jakarta Selatan. Pada saat
belajar di Perguruan Islam Al Azhar inilah dia menjadi mualaf.
Setelah tamat di SMU Al Azhar
Kebayoran Baru tahun 1987 ia melanjutkan kuliah di Stanford College Australia, Mengambil
jurusan Managerial Principples.
Selama satu tahun setengah, ia bermukim di negeri kanguru.
Lulus D-3 dari Stanford College di Australia, ia memutuskan bermukim di Singapura.
Di sana ia melanjutkan sekolah di lembaga yang sama, Stanford
College Singapore mengambil
program manajemen. Setelah selesai studi di Australia dan Singapura, ia
melanjutkan studi di John Robert Powers Jakarta,
mengambil program Public Relation.
Tetapi nama penyanyi cilik yang mencuat
di tahun 70-an lewat lagu “Helly” nama seekor anjing kecil, pasti semua orang
sudah dapat menebaknya. Ya. siapa lagi kalau bukan Chicha Koeswoyo yang
sekarang lebih dikenal sebagai wanita karier.
Chicha sekarang memang Direktur PT
Chicha Citrakarya yang bergerak di bidang
Interior Design, Enterprise, Grafic Design, dan Landscape. Posisinya tidak
heran, karena suaminya sendiri adalah seorang pengusaha. (M Dahlan Abubakar)