“Pernahki’ dengarki itu nama surat kabar Harian Pedoman Rakyat?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di warkop pasar tua.
“Bukan
lagi pernah. Saya sudah baca Pedoman Rakyat sejak SD, karena kebetulan ada Om
yang langganan, dia waktu itu Anggota DPRD,” ungkap Daeng Tompo’.
-------
PEDOMAN KARYA
Senin, 04 Maret 2019
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Pernahki’
Dengar Nama “Pedoman Rakyat”?
“Pernahki’
dengarki itu nama surat kabar Harian Pedoman Rakyat?” tanya Daeng Nappa’ kepada
Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di warkop pasar tua.
“Bukan
lagi pernah. Saya sudah baca Pedoman Rakyat sejak SD, karena kebetulan ada Om
yang langganan, dia waktu itu Anggota DPRD,” ungkap Daeng Tompo’.
“Tahun
berapa itu terakhir terbit?” tanya Daeng Nappa’.
“Pedoman
Rakyat itu terbit perdana pada tahun 1947, dan terakhir terbit pada tahun 2007.
Tanggal 1 Maret ulang tahunna,” jelas Daeng Tompo’.
“Kenapa
bisa mati di’, padahal Pedoman Rakyat itu koran berpengaruh dulu,” tanya Daeng
Nappa’.
“Kayaknya
perlu itu kajian khusus, supaya jadi pembelajaran, tapi pasti karena
manajemennya yang tidak bagus, tidak mau mengikuti perkembangan, tidak berani
melakukan perubahan,” kata Daeng Tompo’.
“Eh,
kenapa bisa banyak kita’ tau tentang Pedoman Rakyat?” tanya Daeng Nappa’.
“Kebetulan
ji,” jawab Daeng Tompo’ sambil tersenyum. (asnawin)
Ahad,
04 Maret 2018