“Saya yakin orang yang
ditemani ngobrol itu perempuan dan saya curiga perempuan itu selingkuhannya,” tutur
Ibu Sinta.
“Kenapa Ibu Sinta begitu
yakin?” tanya Ibu Ros penasaran.
“Waktu pertama bicara
saja Pak Bahar sudah bilang sayang. Pak Bahar bilang, bagaimana kabarta’ sayang?
Dan pak Bahar beberapa kali mengucapkan kata sayang,” papar Ibu Sinta. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 16 April 2019
Cerita
Humor:
Bagaimana
Kabarta’ Sayang?
Sebagai guru baru di
sekolah, Ibu Sinta tentu saja belum banyak tahu latar belakang pendidikan dan
budaya guru-guru lainnya, apalagi ia ditempatkan mengajar di daerah yang masih
kental bahasa Makassar-nya.
Guru-guru lainnya
memang selalu menggunakan Bahasa Indonesia setiap kali ngobrol dengan dirinya,
tetapi bukan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena guru-guru setempat
menggunakan Bahasa Indonesia logat Makassar, bahkan kadang-kadang dicampur
dengan Bahasa Makassar.
Tentu saja Ibu Sinta yang
kebetulan memang muda dan belum menikah, harus belajar beradaptasi dengan
bahasa dan budaya guru-guru lainnya, termasuk mempelajari budaya masyarakat
setempat.
Meskipun demikian, Ibu
Sinta tetap kerap salah duga mengartikan pembicaraan rekan-rekannya sesama guru,
dan karena takut ketahuan salahnya, maka ia pun lebih banyak tersenyum dan
menyembunyikan rasa malunya apabila belekangan ia mengetahui bahwa dirinya
telah salah duga.
Salah satu
kesalahan-pahaman dirinya yaitu ketika ia secara tidak sengaja mendengar Pak
Bahar sedang ngobrol dengan seseorang melalui telepon selulernya. Ibu Sinta
yakin, Pak Bahar yang guru olahraga dan akrab disapa Daeng Kio’ itu ngobrol
dengan seorang perempuan.
Setelah mendengar
secara diam-diam pembicaraan Pak Bahar, ia pun bertanya-tanya dalam hati. “Kalau
saya perhatikan, Pak Bahar itu orangnya alim dan selalu shalat berjamaah di
masjid, tapi sepertinya ia punya selingkuhan,” katanya dalam hati.
Karena tidak bisa
menahan rasa penasaran, Ibu Sinta pun memberanikan diri bertanya kepada Ibu
Ros, rekannya yang guru matematika.
“Bu Ros, saya penasaran
sama Pak Bahar,” kata Ibu Sinta.
“Penasaran kenapaki’
seng?” tanya Ibu Ros sambil tersenyum.
“Kemarin kebetulan
secara tidak sengaja saya mendengar Pak Bahar bicara dengan seseorang lewat
telpon,” ungkap Ibu Sinta.
“Terus,” tukas Ibu Ros.
“Saya yakin orang yang
ditemani ngobrol itu perempuan dan saya curiga perempuan itu selingkuhannya,” tutur
Ibu Sinta.
“Kenapa Ibu Sinta begitu
yakin?” tanya Ibu Ros penasaran.
“Waktu pertama bicara
saja Pak Bahar sudah bilang sayang. Pak Bahar bilang, bagaimana kabarta’ sayang?
Dan pak Bahar beberapa kali mengucapkan kata sayang,” papar Ibu Sinta.
“Oh itu,” ujar Ibu Ros.
“Ya, itu bu,” tukas Ibu
Sinta.
“Ibu Sinta, di daerah
Makassar itu banyak perempuan yang namanya Daeng Sayang dan saya tahu Pak Bahar
itu punya tante yang bernama Daeng Sayang,” jelas Ibu Ros.
“Oh begitu,” tukas Ibu
Sinta.
“Dan kalau tante yang
disapa, maka orang Makassar itu langsung menyebut namanya, tidak lagi bilang
tante atau tanta. Jadi kalau Ibu Sinta mendengar Pak Bahar bilang bagaimana
kabarta’ sayang, maka itu berarti ia menanyakan kabar tantenya yang kebetulan
bernama Daeng Sayang,” tutur Ibu Ros sambil tersenyum.
“Aduh, saya jadi malu
deh. Kalau begitu saya mau minta maaf ke Pak Bahar,” kata Ibu Sinta sambil tersenyum malu. (asnawin)
Jenetallasa’, Selasa,
16 April 2019