“Tapi bagaimana perasaanta’ kalau tiba-tiba haruski' tinggalkan istana?" tanya Daeng Tompo'.
“Kenapaka’ tiba-tiba harus tinggalkan istana?” Daeng Nappa' balik bertanya. (int)
-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 01 Mei 2019
Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Bagaimana Perasaanta' Kalau Tiba-tiba Haruski' Tinggalkan Istana?
“Enakna itu barangkali kalau jadiki' presiden,” kata Daeng Nappa' kepada Daeng Tompo' saat jalan-jalan pagi seusai shalat subuh berjamaah di masjid.
“Ededeh, menghayalmi seng,” ujar Daeng Tompo’ sambil tertawa.
“Kan bolehji to? Tidak dibayarji juga,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.
“Pastimi enak, karena presiden tinggal di istana dan semuanya serba ada," kata Daeng Tompo'.
“Aman juga karena banyak anggota pasukan pengamanan," timpal Daeng Nappa'.
“Tapi bagaimana perasaanta’ kalau tiba-tiba haruski' tinggalkan istana?" tanya Daeng Tompo'.
“Kenapaka’ tiba-tiba harus tinggalkan istana?” Daeng Nappa' balik bertanya.
“Misalnya karena merasa yakinki’ masih terpilih lagi sebagai presiden dua periode berturut-turut, tapi ternyata kalahki’ di Pilpres berikutna," kata Daeng Tompo'.
“Ah, janganmaki’ dulu terlalu jauh kesana bayanganta'," kata Daeng Nappa' sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Rabu, 01 Mei 2019
“Pastimi enak, karena presiden tinggal di istana dan semuanya serba ada," kata Daeng Tompo'.
“Aman juga karena banyak anggota pasukan pengamanan," timpal Daeng Nappa'.
“Tapi bagaimana perasaanta’ kalau tiba-tiba haruski' tinggalkan istana?" tanya Daeng Tompo'.
“Kenapaka’ tiba-tiba harus tinggalkan istana?” Daeng Nappa' balik bertanya.
“Misalnya karena merasa yakinki’ masih terpilih lagi sebagai presiden dua periode berturut-turut, tapi ternyata kalahki’ di Pilpres berikutna," kata Daeng Tompo'.
“Ah, janganmaki’ dulu terlalu jauh kesana bayanganta'," kata Daeng Nappa' sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Rabu, 01 Mei 2019