Berpuasalah secara totalitas di bulan Ramadhan, manfaatkanlah segala fasilitas yang disiapkan Allah SWT di dalamnya dan raihlah keberkahannya. Jadikanlah Ramadhan sebagai bulan yang mendidik dan istiqamahlah menjalankannya, terutama selepas Ramadhan nanti, karena saat itulah ukuran taqwa yang sesungguhnya.
--------
PEDOMAN
KARYA
Ahad,
12 Mei 2019
Suluh Ramadhan 1440 H – Jalan Menuju Taqwa (4):
Berpuasalah Secara Totalitas di Bulan Ramadhan
Oleh:
Abdul
Rakhim Nanda
(Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor I Unismuh Makassar)
Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (Al-Baqarah/2 : 183).
Ada
dua kalimat kunci yang ingin digarisbawahi di sini untuk menjadi acuan dalam
memahami makna puasa yang diwajibkan bagi orang-orang beriman, dan juga kepada
orang-orang sebelumnya, terutama terkait dengan batas waktu.
Dua
kalimat tersebut yakni; pertama, pada ayat 184 ada kalimat ‘ayyaman ma’duudaat’, bermakna ‘beberapa hari yang ditentukan’ yakni
selama satu bulan di bulan Ramadhan, dan kedua, pada ayat 187 ada kalimat ‘uhillalakumu llaylata ssiyami’, yang
bermakna dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa’.
Malam
hari puasa di sini dimaknai bahwa nilai-nilai puasa tetap harus dijalankan
(dijaga) dari siang hingga di malam hari, walaupun ada perbuatan (yakni; makan,
minum dan rafats atau bercampur suami-istri) yang pada siang harinya dilarang
namun dihalalkan di malam harinya.
Jika
puasa (shiyam) secara bahasa dimaknai ‘menahan diri’ dari hal-hal yang dapat
merusak nilai puasa, maka secara istilah puasa harusnya lebih dimaknai “menahan
diri dari hal-hal yang dapat merusak nilai puasa selama hari yang ditentukan
itu (sebulan penuh), baik pada siang hari maupun pada malam harinya.”
Jadi
ada reorientasi ataupun redefinisi tentang makna berpuasa terkait waktu. Hal
ini akan berdampak positif dan menutup ruang untuk berprinsip; “mengekang diri
di siang hari tetapi justru ‘balas dendam’ pada malam harinya”, sehingga apa
yang terjadi?
Siang
hari ‘kelaparan’, malam hari ‘kekenyangan’. Siang hari diam, malam hari bebas
mencaci-maki, berbohong, mengghibah, memfitnah, dan hal-hal buruk lainnya.
Puasa
seperti inilah yang digambarkan oleh hadits Nabi Muhammad SAW bahwa mereka tidak
memperoleh apa-apa selain lapar dan haus / dahaga. Mengapa kondisi ini terjadi?
Jawabannya, oleh karena --selama ini-- puasa masih dipahami dengan makna
menahan diri dari makan, minum, dan rafats, serta hal-hal yang merusak puasa mulai
dari terbit fajar (imsak) hingga terbenam matahari (berbuka), sehingga malam
harinya (dapat) kembali bebas.
Berpuasalah
secara totalitas di bulan Ramadhan, manfaatkanlah segala fasilitas yang
disiapkan Allah SWT di dalamnya dan raihlah keberkahannya. Jadikanlah Ramadhan
sebagai bulan yang mendidik dan istiqamahlah menjalankannya, terutama selepas Ramadhan
nanti, karena saat itulah ukuran taqwa yang sesungguhnya.
Puasa
adalah salah satu jalan menuju taqwa; Berpuasalah wahai orang-orang beriman,
mudah-mudahan kamu dapat meraih taqwa (la ‘allakum tattaqun).
-----
Artikel terkait:
Pembunuhan Tanpa Qishash akan Berujung Dendam
Taurat untuk Bani Israil, Al-qur’an untuk Umat Manusia
Menyembah Tuhan, Salah Satu Jalan Menuju Taqwa
-----
Artikel terkait:
Pembunuhan Tanpa Qishash akan Berujung Dendam
Taurat untuk Bani Israil, Al-qur’an untuk Umat Manusia
Menyembah Tuhan, Salah Satu Jalan Menuju Taqwa