Salah satu momen bahagia Fajlurrahman Jurdi (paling kanan) bersama almarhumah isterinya dan anak semata-wayangnya, Adelard. |
-----
PEDOMAN KARYAJumat, 10 Mei 2019
Curahan Hati Dosen
Unhas atas “Kepergian Tiba-tiba” Sang Isteri
Nama Fajlurrahman Jurdi sudah mulai
dikenal dan memiliki tempat tersendiri di benak berbagai kalangan, khususnya di
kalangan kampus dan aktivis mahasiswa.
Fajlurrahman Jurdi yang sehari-hari dosen
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, adalah mantan aktivis
mahasiswa dan pernah menjadi petinggi di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Ia juga seorang penulis buku dan sering
diundang sebagai pembicara dalam berbagai forum. Ia pun kerap dipercaya menjadi
Tim Seleksi calon komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu di Sulsel.
Tentu saja ia termasuk orang tegar, tapi
bagaimana pun tegarnya, ia tetap tak kuasa menahan dirinya untuk tidak menangis
ketika isterinya, Siti Hadijah, “pergi untuk selama-lamanya” secara tiba-tiba,
Rabu, 08 Mei 2019.
Selama dua hari, Rabu dan Kamis, 08-09 Mei
2019, ia larut dalam kesedihan sambil terus-menerus memeluk, menggendong, dan
menciumi Adelard, anak satu-satunya dari perkawinannya dengan almarhumah.
Adelard yang baru berusia sekitar empat
tahun tentu saja belum mengerti apa-apa tentang kepergian ibunya untuk
selama-lamanya.
Ucapan belasungkawa dan do'a untuk
almarhumah isterinya yang berseliweran di akun Facebook selama dua hari pun tak
sempat ia balas, padahal ia termasuk “rajin” menulis status, komentar, atau
berdiskusi di dunia maya. Ia benar-benar larut dalam kesedihan.
Setelah merasa cukup mampu untuk menulis
dengan tenang, ia akhirnya menuliskan curahan hatinya melalui akun
Facebook-nya, Jumat, 10 Mei 2019.
“Kepergiannya begitu tiba-tiba, saya
sendiri kadang masih belum percaya. Ada ya, orang habis bercanda bareng,
dibuatkan teh karena agak pening kepalanya, dipijit kepalanya sebentar, dicium
keningnya sebelum tidur, lalu esoknya dah tiada untuk selama-lamanya,” tulis
Fajlurrahman.
Ia juga mengungkapkan kebahagiaan dan
kebersamaannya dengan almarhumah isterinya.
“Ada ya...orang yang hidupnya selalu
bahagia, selalu mengerjakan pekerjaan bersama, mulai dari masak, nyuci piring,
potong sayur hingga urus anak, lalu berpisah tanpa alasan untuk
selama-lamanya,” katanya.
Ungkapan kebesaran cinta mereka berdua pun
ia gambarkan dalam paragraf berikutnya.
“Ada ya...orang yang selama hidupnya penuh
cinta, menikah karena cinta, bersama karena cinta, saling memberi dan menerima
tanpa syarat, lalu tak bisa sama lagi untuk selama-lamanya,” ungkap
Fajlurrahman.
Kegetiran dan ketegaran hatinya kemudian
ia tulis pada alinea selanjutnya.
“Aku tak pernah menyesali kematian. Tapi
aku rasanya berhak untuk "meratapi" dan belajar pada nasib, bahwa
betapa Allah itu maha kuasa untuk menguji, hingga daya ku hampir tak bisa
bertahan,” tuturnya.
Mengakui ketakberdayaannya sebagai manusia
ciptaan Tuhan pun ia tulis dalam akun Facebook-nya.
“Aku terbiasa pura-pura tegar kepada
manusia, tapi kini, aku hanya seonggok makhluk tak punya kuasa, bahkan untuk
mempertahankan cinta, bahagia dan warna kehidupan yang aku ukir sendiri,” kata
Fajlurrahman.
Selanjutnya ia memohon kepada Sang Khalik
untuk memberikan kemampuan dan daya dalam menghadapi cobaan berat yang ia
terima.
“Kau yang memberi ku cinta ya Allah, dan
Kau yang mengambilnya. Aku bisa apa? Tapi ya Allah, beri aku daya, agar aku
bisa pikul beban dahsyat ini. Aku pikir ini kiamat, tapi aku lalu sadar, bahwa
segalanya sudah Kau ukur,” ungkapnya.
Terhadap berbagai ucapan belasungkawa dan
do'a untuk almarhumah isterinya yang berdatangan dari berbagai kalangan, ia
membalasnya dengan kalimat, “Saya tidak tau harus mulai darimana membalas
ucapan dan doa bapak / ibu / adek / kakak / saudara kepada istri saya,
almarhumah Siti Hadijah.”
“Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya
kemungkinan berat saya membalas satu-persatu. Karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas semua ucapan doa kepada
almarhumah, mudah-mudahan beliau khusnul khatimah,” lanjutnya.
Tak lupa ia menyampaikan permohonan maaf
untuk isterinya kepada semua orang, khususnya keluarga dan handai-taulan.