Sekitar
satu tahun bertugas di markas Gubeng, Surabaya, Sahban dikejutkan dengan
panggilan dari Gubernur Ali Sadikin melalui komandannya. Sahban ditunjuk
bersama tiga perwira lainnya dengan tugas membantu
Gubernur Ali Sadikin di Pemda DKI Jakarta. Total sebanyak 20 orang personil
marinir dari berbagai lokasi mendapatkan tugas bantuan untuk Pemda DKI Jakarta.
-----------
PEDOMAN
KARYA
Selasa,
07 Mei 2019
Biografi Sahban Liba (13):
Ditugaskan Membantu Gubernur Ali Sadikin
Penulis: Hernita Sahban Liba
Setelah
dilantik sebagai pasukan Marinir Angkatan Laut dengan pangkat letnan satu,
Sahban diwajibkan untuk belajar pengetahuan umum dan pengetahuan militer dalam
kelas. Selain itu, saat itu para
prajurit sudah mulai diarahkan pada tugas masing-masing sesuai dengan hasil
dari para pimpinan.
Sekitar
satu tahun bertugas di markas Gubeng, Surabaya, Sahban dikejutkan dengan
panggilan dari Gubernur Ali Sadikin melalui komandannya. Sahban ditunjuk
bersama tiga perwira lainnya dengan tugas membantu
Gubernur Ali Sadikin di Pemda DKI Jakarta. Total sebanyak 20 orang personil
marinir dari berbagai lokasi mendapatkan tugas bantuan untuk Pemda DKI Jakarta.
Pada
tanggal 1 Juli 1970, Sahban dihadapkan kepada Gubernur Ali Sadikin untuk
melaksanakan tugas sipil. Saat itu, Ali Sadikin sudah empat tahun menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tugas sipil yang
harus dilaksanakan Sahban yaitu menertibkan guru-guru Sekolah Dasar (SD) di seluruh Kota Jakarta.
Tugas
penertiban itu diberikan kepada Sahban dan kawan-kawan karena
pada saat itu, ada ratusan bahkan ribuan guru SD fiktif di Jakarta. Tentu saja Gubernur Ali Sadikin
sangat gerah, maka tugas penertiban itu pun
diserahkan kepada Marinir Angkatan Laut.
Marinir
dipilih karena Ali Sadikin sendiri berasal dari Marinir Angkatan Laut. Turut
ditertibkan selama masa ini adalah sejumlah perusahaan. Marinir dan ABRI secara
umum dapat dibantukan untuk tugas sipil karena terdapat doktrin Dwi Fungsi ABRI* (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
-----------
Artikl terkait
---------
Dwi
fungsi merupakan inovasi dari Presiden Suharto dengan maksud agar ABRI dapat
ditugaskan di pemerintahan sipil. Walau begitu, gaji pokok personil yang
ditugaskan tetap berasal dari kesatuan, sementara pemerintah tempat bertugas
memberikan gaji tambahan.
Tugas
Sahban untuk menertibkan guru-guru fiktif di sekolah SD seluruh Jakarta
dilakukan dengan membawa beberapa personil dari pegawai Pemerintah DKI Jakarta. Dari
hasil penertiban itu, Sahban banyak
memenjarakan maupun menyita rumah dan memberikan hukuman lainnya kepada guru-guru fiktif.
Bukannya
Bang Ali (sapaan akrab Ali Sadikin) tidak
suka dengan guru SD. Ia justru sangat bangga dengan guru SD. Beliau pernah
menyatakan kalau dirinya adalah backing
bagi para guru. Saat itu, di Jakarta banyak kejadian murid atau orang tua murid
datang menodongkan senjata ke gurunya karena tidak suka.
Bang
Ali memarahi para orang tua siswa dalam pertemuan guru dan siswa. Beliau bahkan
mengancam para orang tua
yang berani membela anaknya yang salah.
Dalam
memoarnya yang ditulis Ramadhan KH, Bang Ali menyatakan, “Saya jadi backing para guru. Karena itu, para guru
tidak usah takut pada senapan yang ditodongkan kepadanya oleh murid atau orang tua murid. Saya punya 70.000
senapan. Laporkan kepada saya jika ada yang menghalang-halangi tindakan para
guru. Saya akan bereskan! Ini sudah merupakan konsensus saya dengan Kadapol
Metro Jaya Brigjen Widodo.” Dengan cara ini, Bang
Ali mampu mengurangi jumlah kenakalan pelajar di DKI Jakarta.
Begitu
pula, Bang Ali berjasa mendirikan banyak sekolah dasar dan meminta pihak swasta
untuk turut membangun pendidikan.
Sepanjang
masa jabatannya 1966-1977, Bang Ali telah
membangun 406 SD baru dan 288 sekolah lanjutan baru. Ia berkata dalam buku Gita
Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1966-1977, beliau pernah membuat himbauan agar pihak swasta dan yayasan yang
bergerak dalam bidang pendidikan akan diberikan bantuan bangunan gedung sekolah
jika mampu menyediakan lahan
sekolah seluas minimal 2.000 meter persegi.
Ia
juga tidak ingin ada kesenjangan pendidikan akibat adanya sekolah-sekolah
favorit. Karenanya, ia mengembangkan sistem rayonisasi, dimana pelajar harus
bersekolah di lingkungan dekat rumahnya. Ia juga telah membangun 935
perpustakaan dan lima buah perpustakaan keliling bagi masyarakat. (bersambung)
Editor: Asnawin Aminuddin
----
Artikel terkait: