“Tidak wajarmi kurasa ini jumlahna petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Pemilu 2019) yang meninggal dunia, karena lebihmi 400 orang,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat jalan-jalan pagi seusai shalat subuh berjamaah di masjid. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 13 Mei 2019
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Tidak Wajarmi Kurasa Ini Jumlahna Petugas KPPS yang Meninggal
“Tidak wajarmi kurasa
ini jumlahna petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Pemilu 2019)
yang meninggal dunia, karena lebihmi 400 orang,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng
Tompo’ saat jalan-jalan pagi seusai shalat subuh berjamaah di masjid.
“Betul, perlu
memangtongi ini diteliti,” timpal Daeng Tompo’.
“Pertama dibilang
mereka meninggal dunia karena kelelahan, tapi belakangan sejumlah dokter bilang
tidak ada kematian karena kelelahan,” kata Daeng Nappa’.
“Mencurigakan memang
ini,” timpal Daeng Tompo’.
“Jadi setujuki’ kalau
dilakukan otopsi terhadap jenazah petugas KPPS yang meninggal dunia?” tanya
Daeng Nappa’.
“Setujuka’, supaya
terungkap penyebab kematianna, karena kalau tidak dilakukan otopsi, banyak
sekali kecurigaan yang bisa bermunculan,” tutur Daeng Tompo’.
“Untungna saya menolak
memangja’ waktu natawarika Pak RW jadi petugas KPPS,” ungkap Daeng Nappa’.
“Ada memangmi firasatta’
kah?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Tidak adaji, tapi
sudah memangmi kubayangkan, bahwa perhitungan suara pasti sampai pagi, karena
ada lima kertas suara yang harus dihitung,” jawab Daeng Nappa’.
“Oh, berarti kisadariji
dirita, bilang tuamaki’ di’?” tanya Daeng Tompo’ lagi-lagi sambil tersenyum.
“Baa, toami Ramang,”
ujar Daeng Nappa’ balas tersenyum.
“Bukan lagi toa, matemi
poeng,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa.
(asnawin)
Gowa, Senin, 13 Mei
2019
------
Artikel terkait:
Jangan Anggap Sepele Kematian Ratusan Korban Sistem Pemilu
------
Artikel terkait:
Jangan Anggap Sepele Kematian Ratusan Korban Sistem Pemilu